Ketua DPD II Partai Golkar Blora, Yudhi Sancoyo mengatakan pihaknya sangat menyayangkan dan berharap perpecahan itu tidak benar-benar terjadi. Menurutnya jika Partai Golkar pecah, maka kader di daerah yang akan kena dampak.
"Paling susah yang di daerah, sebetulnya jujur saja kami belum paham konfliknya karena apa. Partai yang sudah sekian kali munas, ini yang ke-9, kok bisa seperti itu," kata Yudhi saat ditemui detikcom di ruang fraksi Partai Golkar DPRD Jateng, Jalan Pahlawan, Semarang, Rabu (26/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang yang anggap senior itu seharusnya turun tangan. Sesepuh partai Golkar masih kuat lah. Lebih baik dua kubu duduk bersama dan berembug yang enak," pungkas mantan Bupati Blora itu.
Pria yang kini menjabat sebagai wakil ketua Komisi B DPRD Jateng itu mewanti-wanti agar Partai Golkar tidak lagi "beranak". Jika sampai benar-benar pecah, maka 2019 akan sangat berat bagi Partai Golkar.
"Kemarin sudah beranak Hanura, NasDem, Gerindra, dan PKPI. Saya dulu pernah bilang, kalau partai mau konvensi nasional, pasti tidak akan beranak," pungkasnya.
Yudhi mengakui Aburizal Bakrie (Ical) maupun Agung Laksono memang sudah layak menjadi pemimpin. Meski demikian Ical masih sangat terganjal dengan isu lumpur Lapindo walau sudah merogoh kantong dalam-dalam untuk bertanggung jawab.
"Pak Ical terganjar isu Lapindo, padahal dia itu sudah keluar Rp 9 triliun dari kantong sendiri. Saat jadi ketum dia itu memberikan Rp 5 juta per bulan ke semua tingkat kabupaten/kota," terangnya.
"Ya kalau pertarungan diteruskan, yang sakit tingkat dua. Sedih saya," tutup Yudhi.
(alg/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini