Aksi unjuk rasa yang diikuti puluhan mahasiswa tersebut awalnya berjalan kaki sambil menuntun motor sejauh 1 Km menuju kantor DPRD Kabupaten Sumenep.
Di sepanjang jalan yang dilalui, para pengunjuk rasa melakukan orasi sambil melakukan teaterikal yang menggambarkan Presiden Jokowi tengah meginjak-injak seseorang yang tidak bisa membeli bensin.
Sesampai di depan gedung dewan, para pengunjuk rasa kembali melakukan orasi menentang kebijakan pemerintah yang menaikan harga BBM. Di tengah-tengah orasi, tiba-tiba seorang pendemo membakar motor yang dibawanya.
"Ini adalah gambaran kekecewaan masyarakat yang tidak mampu membeli BBM," kata Hanafi, korlap aksi, Jumat (21/11/2014).
Petugas kepolisian yang melihat kejadian tersebut panik, dan langsung meminta bantuan mobil pemadam untuk memadamkan api. Tak selang lama, mobil pemadam datang ke lokasi. Namun mahasiswa berusaha menghadang mobil pemadam. Nyaris terjadi bentrokan antara mahasiswa dengan petugas yang hendak memadamkan api.
Dalam demo ini, massa aksi menuntut legilatif dan eksekutif untuk bersama-sama menolak kenaikan harga BBM dan tiga kartu sakti yang dikelurkan Presiden Joko Widodo.
"Kami mendesak legislatif dan eksekutif segera berkirim surat ke pusat menolak harga BBM," kata Hanafi.
Aksi penolakan kenaikan BBM oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini mendapat apresiasi Ketua DPRD, Herman Dali Kusuma, yang menemui para pendemo di depan Gedung DPRD.
"Saya pasti akan menyampaikan aspirasi teman-teman ke pusat," janji Herman Dali Kusuma.
(bdh/bdh)