Selama ratusan tahun, pete'an secara turun temurun dilakoni warga Tengger tinggal di kaki Gunung Bromo untuk mengungkap keperawanan atau perempuan sudah berbadan dua.
Kepala Desa Ngadas Mujianto mengatakan, pete'an dilakukan selama 3 bulan sekali, dalam prosesnya melibatkan dukun bayi serta pembantu dukun.
"Semua perempuan wajib mengikuti tradisi ini, terutama yang belum menikah. Ada dua dukun bayi yang mengetes dan dilakukan di rumah pembantu dukun atau biasa kami sebut Pak Legen," ucap Mujianto berbincang dengan detikcom di Pendopo Kabupaten Malang Jalan KH Agus Salim, Minggu (16/11/2014).
Mujianto menjelaskan, mulai dari remaja atau gadis menginjak usia 15 tahun menjalani prosesi ini, dukun bayi menyentuh bagian perut para gadis untuk mengetahui apakah sedang mengandung.
Dengan keahlihan yang dimiliki para dukun bayi mampu mengetahui kondisi perempuan yang diperiksa. Cara itu ternyata jitu hingga rutin dilakukan. "Ini rutin setiap tiga bulan sekali," jelasnya.
Terakhir sebanyak 68 perempuan menjalani pete'an di rumah Pak Legen. Dan kesemuanya diketahui normal atau tidak dalam kondisi hamil. "Yang terakhir kami lakukan ada 68 perempuan yang ikut pete'an," ungkap Mujianto.
(fat/fat)