"Waktu itu anak saya di SMS sama teman-temannya. Anak saya sudah di rumah dan pakai pakaian yang tidak siap untuk berkelahi dan masih pakai sendal," kata Erlita di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2014).
Erlita menjelaskan anaknya tidak izin saat diajak pergi dengan teman-temannya. Saat itu, ia tengah menjenguk orang tuanya yang sakit di IGD sehingga tidak mengetahui keadaan anaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lanjutnya, dia menilai tawuran ini terjadi lantaran provokasi SMA lain yang mengejek SMAN 109. Alhasil, dengan alasan solidaritas, siswa SMAN 109 memaksa Andi mengikuti tawuran. Kemudian, tiga teman Andi menjemputnya dengan kondisi masih menggunakan seragam sekolah.
"Anak saya ditemukan di perempatan Pejaten Village sendirian. Temannya saja meninggalkan, terus saya bilang ke teman-temannya katanya solid kok begini ditinggalin," keluhnya.
Erlita menilai dalam tawuran ini intervensi alumni sangat tinggi. "Mereka nggak mungkin anak-anak baru kelas XI dan X kan masih labil kalau di atasnya nggak berkaitan ya nggak bakal seperti itu. Ini (tawuran) pertama kalinya untuk anak saya," terangnya.
(tfn/mok)