Hal ini diungkapkan Risma di depan komunitas pecinta gedung tinggi yang biasa disebut skyscrapercity, Sabtu (9/11/2014) di pusat perkantoran Spazio.
"Gedung yang dibangun harus peduli terhadap lingkungan dengan menerapkan green building. Hal itu sangat diperlukan untuk masa depan anak-anak kita kelak," ujarnya.
Menurut walikota yang diusung PDIP itu, kebutuhan masyarakat terhadap bangunan masih tinggi baik perumahan, fasilitas publik, ataupun infrastruktur. Sehingga diperlukan percepatan pelaksanaan pembangunan dengan kualitas yang baik, sehat dan berkelanjutan, biaya yang relatif terjangkau serta sesuai dengan kondisi Indonesia.
Risma mengungkapkan, pihaknya juga membantu masyarakat ekonomi menengah dan kurang mampu dengan membangun rumah susun. Dari data yang ada, sebanyak 60 % masyarakat lebih memilih tinggal di perkotaan, karena dekat dengan pekerjaan mereka. Namun tidak di Surabaya, masyarakat lebih memilih tinggal di pinggir perkotaan karena nilai jual rumah relatif murah dibandingkan di kota.
"Tapi dengan tinggal di pinggiran, biaya hidup menjadi membengkak, apalagi bagi ekonomi menengah dan bawah akibat biaya transportasi yang mereka habiskan per bulan," ungkap Risma.
Risma mencontohkan, negara Cina banyak membangun rusun di perkotaan karena mereka sadar kota menjadi salah satu tujuan untuk mencari pekerjaan.
Meski begitu, ujar Risma, pembangunan gedung vertikal harus tetap dibarengi dengan transportasi massal yang memadai. Untuk itu Pemkot Surabaya akan membangun Angkutan Massal Cepat (AMC) trem dan monorel. Karena, transportasi massal akan sangat dibutuhkan agar pusat kota tidak macet.
"Kami juga akan membangun enam gedung parkir, sehingga masyarakat yang mau ke arah kota bisa memarkir kendaraannya di sana, kemudian naik AMC menuju kota. Dengan begitu kemacetan di tengah kota akan teratasi," pungkas mantan Kepala Bappeko Surabaya ini.
(ze/iwd)