Desanya Dilanda Kekeringan, Siswa MI Desa Pucuk Salat Minta Hujan

Desanya Dilanda Kekeringan, Siswa MI Desa Pucuk Salat Minta Hujan

- detikNews
Kamis, 06 Nov 2014 16:23 WIB
Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto -

Puluhan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Desa Pucuk, Kecamatan Dawar Blandong, Mojokerto menggelar shalat Istisqo' atau shalat meminta hujan di sawah yang mengering, Kamis (6/11/2014).

Bocah-bocah ini dengan khusyuk meminta kepada Tuhan agar hujan segera turun. Pasalnya, desa mereka telah berbulan-bulan mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih akibat kemarau panjang tahun ini.

Salat minta hujan ini diikuti sekitar 30 murid kelas 4,5 dan 6 MI Miftakhul Huda. Didampingi dua gurunya, puluhan murid madrasah ini menggelar salat di sawah milik warga yang berlokasi tak jauh dari sekolahnya.

Meski beralaskan tikar dengan pemandangan hamparan sawah yang mengering, puluhan siswa ini menunaikan salat dan berdoa dengan khusyuk. Salah seorang guru MI Miftakhul Huda, memimpin salat sunnah dua rakaat ini.

"Salat ini untuk meminta hujan, karena desa kami merupakan salah satu desa yang kekurangan air, ada sumur namun tidak mencukupi," ucap Guru Agama MI Miftakhul Huda, Kusnan kepada wartawan di lokasi.

Salat Istisqo ini dilaksanakan dalam dua rakaat. Setelah itu, diikuti khutbah dua kali oleh seorang khatib yang tak lain adalah imam salat. Pada khutbah kedua, khatib berpaling ke arah kiblat dengan membelakangi makmum dan berdoa bersama-sama meminta hujan.

Kusnan menuturkan, muridnya diajak untuk meminta ampunan dan kemurahan Tuhan agar musim kemarau di Kabupaten Mojokerto segera berakhir. Sebab, Desa mereka kini mengalami krisis air bersih.

"Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, warga biasa membeli air, dan biasa mendapatkan pasokan dari pemerintah daerah," ungkapnya.

Sementara salah seorang murid, Salsa mengaku senang mengikuti shalat ini. Dia berharap, Tuhan segera menurunkan hujan, sehingga tidak lagi kesulitan mendapatkan air bersih.

"Semoga hujan turun, karena kami sudah kekurangan air terus," ucap murid kelas 5 ini.

Kekeringan tak hanya terjadi di Desa Pucuk. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Tanto Suhariyadi mengatakan, musim kemarau tahun ini, terdapat 10 desa di dua kecamatan yang mengalami kekeringan. Di Kecamatan Dawarblandong, kekeringan terjadi di Desa Banyulegi, Temuireng, Pucuk, Pulorejo, Brayublandong, Randegan, Madureso dan Jatirowo. Sedangkan di Kecamatan Ngoro, krisis air bersih terjadi di Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah

"Kondisi di desa-desa tersebut kekurangan air bersih untuk kebutuhan dasar, yakni untuk kebutuhan masak dan minum, bukan untuk mandi dan cuci atau lainnya. Jadi, air bersih masih ada tetapi jumlahnya sangat kurang," jelasnya.

Menghadapi kondisi ini, Tanto menambahkan, sejak September lalu, Kabupaten Mojokerto ditetap dalam status siaga bencana kekeringan. Pemerintah dibantu instansi lain, menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa tersebut.

"Ketika di suatu daerah tidak ada air bersih sama sekali, khususnya untuk kebutuhan dasar masyarakat, tidak bisa minum, tidak bisa masak, kalau sampai itu terjadi, maka dinamakan bencana kekeringan. Namun, kita perkirakan akhir bulan Oktober sampai awal November akan turun hujan," tandasnya.

Wilayah yang mengalami krisis air bersih, menurut Tanto, tahun ini berkurang jika dibandingkan tahun 2013. Tahun lalu, krisis air bersih terjadi di 15 desa. Di Kecamatan Dawarblandong saja, krisis air bersih terjadi di 10 desa, yakni Desa Banyulegi, Temuireng, Pucuk, Pulorejo, Brayublandong, Cinandang, Talunblanding, Gunungan, Randegan, dan Desa Madureso.

Sedangkan di Kecamatan Ngoro, kekeringan meliputi Desa Kunjorowesi, Kutogirang, Wotanmasjedong, dan Desa Manduro Manggung Gajah. Sedangkan di Kecamatan Kutorejo, krisis air bersih terjadi di Desa Jiyu.

(fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.