Salah satu pintu pergerakan manusia dari Kalimantan Barat ke Serawak PP adalah perbatasan Entikong. Di sini semua aparat terkait, seperti Imigrasi, karantina hingga BNP2TKI, senantiasa siaga. Sayang, melintas perbatasan ini terasa longgar. Kadang hanya butuh lambaian tangan saja.
Pengalaman detikcom melintas perbatasan ini sungguh unik. Dengan gaya sok akrab maka tidak ada yang menghentikan kendaraan kita. Seorang petugas hanya melihat isi mobil sesaat tanpa meminta untuk mengecap paspor. Hal yang sama juga terjadi di cek poin seberang di Malaysia yang dikenal dengan sebutan Tebedu.
Namun bagi mereka yang kurang pandai berakting atau tidak punya 'kenalan' maka melintas perbatasan ini harus memenuhi semua ketentuan keluar masuk sebuah negara. Karenanya, selalu terlihat juga banyak orang yang mengantri di depan loket imigrasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi, boleh dibilang pemeriksaan pelintas batas di sini bersifat relatif acak saja. Ada yang harus memenuhi prosedur, namun tidak sedikit yang cukup berakrab ria. Semua tergantung nasib dan kemauan petugas.
Bahkan, relatif jarang petugas karantina muncul untuk memeriksa isi kendaraan. Padahal para pelintas batas ada yang membawa aneka buah-buahan yang bisa menularkan berbagai hama penyakit. Tidak sedikit dari mereka yang melenggang begitu saja.
Menurut petugas BNP2TKI, setiap harinya rata-rata terdapat 40-an calon TKI legal yang melintas. Di perbatasan ini mereka harus melakukan validasi atas dokumennya. Didata semua TKI legal yang pulang dan pergi.
Petugas itu mengaku tidak bisa menghitung berapa jumlah TKI ilegal yang melintas dan masuk wilayah Serawak setiap harinya. Maklum, memasuki Malaysia sangat mudah dengan dalih melancong, meski nantinya jadi pekerja PATI (pendatang asing tanpa izin).
"Yang jelas, tiap subuh ada lebih 10 bus dari Pontianak yang memasuki Serawak. Bisa jadi di antara mereka yang akan mencari kerja. Saya di sini hanya tanggungjawab pada TKI resmi," ujarnya.
Bagi mereka yang punya paspor maka melintas batas Entikong untuk kerja di Serawak terasa enteng. Sedangkan yang tidak berdokumen umumnya melalui 'jalur tikus' di sepanjang 950 km perbatasan Kalimantan dan Serawak
(slm/slm)