4 Momen Jokowi Gunakan Siasat Politik Meja Makan

4 Momen Jokowi Gunakan Siasat Politik Meja Makan

- detikNews
Minggu, 12 Okt 2014 09:09 WIB
4 Momen Jokowi Gunakan Siasat Politik Meja Makan
Jakarta - Bagi Joko Widodo (Jokowi), meja makan mungkin bukan sekedar tempat penghidang makan. Lebih dari itu, pria Solo ini beberapa kali menyulapnya menjadi ruang diplomasi dengan pihak-pihak yang sedang tak sepandangan dengannya. Berhasilkah?

Berikut ini adalah beberapa momen politik meja makan yang digelar Jokowi menurut penelusuran detikcom, Minggu (12/10/2014):

PKL Solo

Ilustrasi
Sama seperti di Jakarta, saat masih menjadi Wali Kota Solo, Jokowi juga harus merelokasi pedagang kaki lima (PKL) di beberapa lokasi yang dinilai kumuh dan mengganggu kenyamanan publik.

Salah satunya Pasar Klitikan Notoharjo. Pasar ini merupakan salah satu pasar yang disiapkan Pemkot Solo untuk para PKL yang memenuhi kawasan Monumen Banjarsari.

Proses relokasi tak mudah dan tak sebentar. Mengingat lokasi pasar yang Klitikan Notoharjo cukup jauh dari Banjarsari. Banyak pedagang yang menolak dipindahkan. Aksi protes pun banyak terjadi

Perlu waktu sekitar 7 bulan untuk Jokowi memindahkan para PKL. Pendekatan personal terus menerus dilakukan. Jokowi mengundang para petinggi-petinggi pasar ke kantor Wali Kota Solo.

Tak putus asa, jamuan ini bahkan berlangsung hingga 50-an kali. Seluruh diskusi dan tawar-menawar dilakukan di meja makan.

Hingga akhirnya para PKL setuju dipindahkan tanpa ada ketegangan di antara pihaknya dengan Pemkot Solo.

Penolak Lurah Lenteng Agung Susan

ilustrasi
Penolakan warga Lenteng Agung atas terpilihnya Lurah Susan dari sistem lelang jabatan sempat mencuri perhatian. Lurah Susan kala itu ditolak karena alasan agama.

Jokowi dan Wagub DKI Basuki Tjahaja Purnama tak begitu saja mengikuti kehendak warga untuk mencopot Susan.

Meja makan lengkap dengan hidangan lezat kembali digelar untuk memberi pengertian kepada para warganya. Layaknya tuan rumah, Jokowi tak segan menyendokkan nasi dan menawarkan lau pauk di yang tersedia di meja kepada para warganya.

Pendekatan ini dinilai efektif. Buktinya penolakan yang awalnya begitu keras, lama kelamaan menguap.

Beberapa bulan kemudian saat ditemui, Lurah Susan yang juga hobi blusukan ini telah diterima dan bahkan dicintai oleh warganya.

Ajak Makan Ketua RT/RW Waduk Pluit

Proses normalisasi waduk Pluit mengalami penolakan serius dari warga yang mendiami bantarannya. Aksi protes dilancarkan terus menerus baik di Waduk Pluit maupun di Balai Kota.

Jokowi kemudian mengundang para ketua RT dan RW Waduk Pluit untuk makan siang di Balai Kota DKI pada 21 Mei 2013. Acara makan siang santai itu berlangsung selama kurang lebih satu jam.

Hadir pula di tempat itu Wali Kota Jakarta Utara saat itu Bambang Sugiyono. Mereka berdiskusi tentang solusi sambil menyantap makan siang di meja makan.

Tak ada teriakan atau adu pendapat. Pertemuan tersebut hangat dan akrab. Dari sana disepakati, para Ketua RT dan RW Waduk Pluit bersedia dipindahkan dan mengkomunikasikannya ke warga.

Ketemu MPR, DPR, dan DPD

Suasana politik nasional belakangan panas terutama setelah pemilihan Pimpinan parlemen. Untuk meredam kencangnya isu ketidakharmonisan eksekutif dan legislatif, empat tokoh bersatu, bertemu di meja makan. Jokowi bertemu dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Setya Novanto, dan Ketua DPD Irman Gusman.

Mereka bercerita pertemuan tertutup berlangsung santai penuh senda gurau. Jokowi bertekad akan melaksanakan pertemuan ini dengan rutin.

Bahkan Jokowi mengatakan jika nantinya ada masalah, Jokowi siap mengundang para pimpinan parlemen untuk makan bersama. "Bahwa setalah ini secara rutin kita akan bertemu terus, minimal sebulan sekali ada komunikasi, sehingga kalau ada masalah bisa diatasi, bisa diselesaikan di meja makan," ujar Jokowi.
Halaman 2 dari 5
(sip/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads