"Tidaklah realistis untuk mengharapkan Turki akan memimpin operasi darat seorang diri," cetus Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam konferensi pers bersama Sekjen NATO Jens Stoltenberg yang berkunjung ke Turki, seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (9/10/2014).
Turki yang merupakan anggota NATO, terus didesak untuk menggunakan kekuatan militernya terhadap kelompok radikal ISIS di Suriah. Namun sejauh ini, Ankara belum melakukan apapun, meski pekan lalu, parlemen Turki telah memberikan izin untuk aksi militer terhadap ISIS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cavusoglu pun mengatakan, perdamaian tak akan bisa dipulihkan di Suriah tanpa kepergian Assad dan rezimnya. Menurutnya, serangan-serangan udara yang dilancarkan koalisi internasional pimpinan AS terhadap ISIS, tidaklah cukup untuk mengembalikan perdamaian di Suriah. Dikatakannya, operasi darat yang dilakukan dengan koordinasi bersama para pemberontak Suriah anti-ISIS harus dipertimbangkan.
"Serangan-serangan udara bisa mengubah keseimbangan kekuatan dan menghentikan IS, namun tak akan cukup untuk membersihkan wilayah tersebut dari IS," ujar Cavusoglu. IS atau ISIL merupakan nama lain dari ISIS.
"Oleh karena itu, semua opsi lain termasuk operasi darat, harus dipertimbangkan dan Free Syrian Army harus didukung," tandasnya mengenai pasukan pemberontak anti-Assad.
(ita/ita)