Dalam tiga artikel terpisahnya, surat kabar People's Daily kembali mengkritik aksi demo di Hong Kong, yang dipimpin oleh para mahasiswa dan pelajar serta kelompok Occupy Central tersebut. Aksi yang diikuti ribuan demonstran tersebut telah melumpuhkan pusat finansial global tersebut.
"Adalah prinsip dasar demokrasi bahwa minoritas tidak diizinkan melanggar ruang publik dan kepentingan publik lewat cara-cara ilegal," tulis media tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Otoritas China telah berulang kali menyebut aksi-aksi demo tersebut ilegal. Namun pekan lalu, pemerintah Hong Kong menawarkan untuk melakukan dialog dengan para demonstran, sebagai upaya mengakhiri aksi-aksi unjuk rasa.
Hingga Senin pagi waktu setempat, jumlah demonstran yang berada di tempat-tempat demo utama di Hong Kong telah menyusut. Meskipun banyak demonstran yang mengatakan mereka akan terus berdemo hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Para demonstran Hong Kong menuntut hak untuk mencalonkan kandidat pemimpin Hong Kong pada tahun 2017 mendatang. Sementara otoritas China bersikeras bahwa hanya para kandidat yang telah disetujui China-lah yang bisa mencalonkan diri. Hal inilah yang diprotes para demonstran dan dianggap sebagai "demokrasi palsu".
(ita/ita)