"Kalau kekurangan air saja masih bisa diatasi tapi kalau tikus menyerang, rasanya kami sudah kehabisan akal," ujar Tukiran, seorang petani ditemui detikcom di persawahan Kelurahan Ploso, Kamis (2/10/2014).
Tukiran mengatakan, serangan hama tikus kali ini merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan upaya petani menebarkan racun pun tak membuahkan hasil. Serangan hewan pengerat itu justru terkesan membabi buta.
"Mereka (tikus) keluarnya di malam hari dan serangannya cepat sekali," tambahnya.
Untuk mengurangi dampak serangan, tambah Tukiran, sebagian petani memagari lahan persawahan dengan plastik transparan setinggi 30 cm. Sayangnya, harga plastik relatif mahal sehingga banyak petani yang memilih membiarkan tanaman padinya rusak.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Pacitan Ir Pamudji mengatakan daerah Pacitan secara umum merupakan wilayah endemis tikus. Satu-satunya cara paling efektif untuk membasmi adalah dengan perburuan massal.
"Harus serentak. Jika tidak tikus tetap bisa lari kemana-mana," ujarnya.
(fat/fat)