Lokasi pemasungan itu terletak di belakang rumahnya, di Dusun Opelan Desa Jatisari Kecamatan Arjasa. Meski tidak tega, kedua orangtuanya, Buama (60) dan Sahima (57), tidak bisa berbuat banyak.
"Dia dipasung karena suka ganggu orang lewat. Kadang memukul, kadang juga melempar. Dia juga suka mengambil makanan orang di warung-warung. Makanya dia dipasung begitu," kata Sahma, seorang tetangganya, Sabtu (27/9/2014).
Keterangan Sahma, gangguan kejiwaan yang diderita Misnanto tidak permanen. Setiap saat ingatannya kembali. Jika demikian, biasanya Misnanto menangis dan meminta pasungannya dibuka. Anehnya, setiap gangguan kejiwaannya akan kambuh, Misnanto konon dengan sendirinya minta dipasung lagi.
"Sebenarnya kasihan lihat dia begitu. Kalau pas sembuh, dia sering mengutarakan keinginannya untuk sembuh. Sewaktu remaja dia itu baik," sambung Sahma.
Yang memprihatinkan, lokasi pemasungan Misnanto itu tidak ada atap yang bisa melindunginya dari sengatan sinar matahari maupun hujan. Konon, lokasi pasung itu atas permintaan Misnanto sendiri. Keluarganya sempat memberinya atap, namun dibakar oleh Misnanto.
"Kadang sampai jadi tontonan warga. Orang yang kasihan biasanya memberinya makanan atau rokok. Keluarganya berharap Misnanto bisa sembuh total dan tidak kumat-kumatan," timpal tetangganya yang lain.
(gik/gik)