Tumpeng Pecel Pitik disuguhkan di depan rumah masing-masing. Mereka menggelar tikar dan duduk sambil menikmati hidangan itu.
Tidak hanya dinikmati oleh keluarga saja, warga Kemiren juga mempersilahkan masyarakat untuk ikut serta dalam acara ini. Dengan ramah beberapa warga mempersilahkan dan sedikit memaksa untuk menikmati hidangan yang disuguhkan.
"Semakin banyak yang makan semakin banyak rezeki yang kita dapat. Ini kepercayaan kita pada Tumpeng sewu," ujar Sanuri kepada detikcom, Kamis (25/9/2014).
Mengenai jumlah Tumpeng pecel pitik, dipastikan berjumlah lebih dari seribu (sewu). Sebab setiap Kepala Keluarga (KK) minimal menyediakan 3 Tumpeng. Dan di desa Kemiren terdapat 1025 KK.
"Dipastikan lebih dari sewu Tumpeng disuguhkan. Makanya acara ritual inidinamakan tumpeng sewu," ujar tokoh masyarakat Kemiren, Adi Purwadi kepada detikcom.
Sebelum selamatan kampung ini dimulai, terlebih dulu digelar arak-arakan barong yang membawa obong-obong blarak (api yang menyala dari daun kelapa kering).
Obor blarak itu kemudian menyalakan oncor (obor) yang dipasang di sepanjang jalan Kemiren. Arak-arakan tersebut berhenti di depan Kantor Balai Desa Kemiren. Usai digelarnya doa, masyarakat Kemiren dan undangan dipersilahkan menyantap tumpeng pecel pitik.
Pemkab Banyuwangi sendiri mendukung kegiatan adat dan tradisi masyarakat Banyuwangi. Hal ini memang kewajiban pemerintah untuk mengayomi dan melestarikan adat dan istiadat yang telah mengakar di beberapa tempat di Banyuwangi.
"Ini kewajiban kita melindungi kegiatan ritual dan adat istiadat di Banyuwangi. Semuanya kita rangkum dalam Banyuwangi Festival. Ini pasti akan dikenal khalayak ramai dan akan dikunjungi sebagai destinasi wisata khusus ritual," ujar Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, di lokasi acara.
Yang paling membanggakan, kata Bupati Anas, kemasan ritual Tumpeng Sewu Kemiren sudah semakin bagus. Selain itu, seluruh kegiatan ini dibiayai oleh swadaya masyarakat. Pemkab Banyuwangi sendiri tidak membantu anggaran untuk kegiatan ini.
"Semuanya dibiayai masyarakat sendiri. Saya bangga itu. Karena ini bentuk kemandirian yang selalu saya dengungkan di Banyuwangi. Diharapkan daerah lain bisa mencontoh kegiatan Tumpeng Sewu," tambah Anas.
(bdh/bdh)