Pantauan detikcom di lokasi, bentrok berawal saat ratusan massa merasa kecewa lantaran keinginan untuk dialog dengan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas gagal. Massa yang memaksa menerobos jejeran pagar betis akhirnya terlibat aksi saling pukul dengan para mahasiswa.
Tak pelak beberapa mahasiswa dan para petani yang berada di tengah kerumunan massa menjadi sasaran pukulan polisi. Akibatnya, 5 aktivis PMII terluka dan beberapa ibu-ibu yang ikut berdemo menangis karena ikut terkena pukulan. Suasana bisa terkendali setelah massa memilih mundur dan meninggalkan lokasi demo.
Yateno, koordinator petani yang berasal dari Dusun Bongkoran Kecamatn Wongsorejo mengaku jika awal kedatangan massa untuk menyampaikan keberatan jika lahannya akan dijadikan kawasan Kampe Industrial Estate (KIE). Namun lagi-lagi kesempatan ini gagal dan tak menyangka jika demo berujung ricuh.
"Kami hanya ingin menyampaikan jika warga keberatan jika akan digusur karena lahannya akan dijadikan kawasan Industri real estate wongsorejo. Sudah berkali kali kita ajukan surat audiensi tapi belum ada tanggapan dari pihak pemerintah," ungkap Yateno pada sejumlah wartawan, Rabu (24/9/2014).
Tak hanya Yateno dan para petani yang kecewa, aktivis PMII juga menyayangkan jika aksi yang dilakukan berakhir bentrok. Ketua PMII Banyuwangi, Khoirul, juga menuntut Polres Banyuwangi mengusut tuntas oknum polisi yang memukul mahasiswa dan para petani yang ikut berdemo.
"Kami menyayangkan demo ini berakhir ricuh, kami juga menuntut polisi untuk mengusut tuntas oknum polisi yang melakukan pemukulan dan penangkapan terhadap beberapa mahasiswa dan petani yang melakukan aksi demo di Hari Agraria Nasional ini," pungkas Khoirul.
(fat/fat)