Karena bagi janda 5 anak ini, dengan mengoperasikan satu dari 7 kapal, dirinya bisa menghidupi kelima anaknya yang ditinggal mati suaminya 7 tahun silam.
Wanita 57 tahun ini bisa mendapatkan Rp 30 ribu tiap hari jika ramai dan setelah dipotong uang sewa perahu Rp 35 ribu/hari.
"Lumayan mas. Cukup damel kebutuhan sak ben dintene, damel lare-lare, damel nedo. Pokok'e cukup (Cukup dipakai kebutuhan tiap hari, buat anak-anak, buat makan, pokonya cukup)," kata Suwarni kepada detikcom, Senin (22/9/2014).
Setelah ditinggal suami, kata Suwarni, dirinya menjadi tulang punggung keluarga. Sejak saat itu, dia harus bangun dini hari demi meraup rupiah lebih dibandingkan 6 operator kapal nambang lainnya yang baru beroperasi pukul 05.30 Wib.
"Saya mulai pukul 03.00 WIB sudah bekerja untuk mengantar ibu-ibu belanja ke pasar lalu dilanjutkan sekitar pukul 06.00 WIB mengantar anak-anak sekolah menyeberang sungai," ungkapnya.
Selama menjadi operator kapal nambangan, Suwarni memiliki suka dan duka selama menjalankan profesi yang dijalaninya. "Kalau anak-anak sekolah ada yang bayar, ada yang tidak. Kalau yang nakal, setelah sampai langsung loncat, tapi ya biar wong namanya juga anak-anak. Kalau orang dewasa tarifnya Rp 1.000 sekali menyeberang," tandas dia.
(fat/fat)