Festival Rujak Soto yang digelar disalah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) milik wong Osing itu diikuti 192 peserta yang berasal dari para penjual rujak soto, koki hotel, dan restoran serta masyarakat umum yang berlomba menjajakan makanan khas rujak soto.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Festival Rujak Soto ini merupakan ikhtiar daerah untuk mengembangkan ekonomi para pelaku usaha kuliner lokal. Melalui ajang ini, pelaku usaha kuliner bisa berlomba menyajikan rujak soto dan cara penyajian yang menarik wisatawan.
Peserta yang berderet di sepanjang jalan sambil ngulek rujak secara masal itu tak sedikit pula yang berkostum unik dan melibatkan unsur khas tradisional identitas Kebudayaan Osing. Ada yang berdandan ala seblang dengan omprog (mahkota) khasnya. Fenomena ini menunjukkan jika warga Banyuwangi bangga dengan budaya, seni dan keunikan khas Osing yang bersatu didalamnya.
"Makan rujak soto sama kerennya dengan makan burger. Jangan malu foto selfie sambil makan rujak soto. Selfie jangan hanya pas makan burger," kata Anas.
Anas ingin makanan lokal bisa semakin mendapat tempat di masyarakat, seperti juga buah lokal yang terus dipromosikannya.
"Karena makanan ketika sudah masuk ke aspek pemasaran itu bukan hanya soal rasa, tapi juga soal kemasan. Semoga ada transformasi kesadaran tentang pentingnya mengemas makanan lokal menjadi lebih baik," ujarnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Banyuwangi Alief Rahman menambahkan, dalam festival ini ada Chef Priscil yang merupakan alumnus program Master Chef Indonesia ditunjuk sebagai juri. Point penilaian tertinggi ialah pada citarasa dan penyajiannya.
"Kami ingin mempromosikan rujak soto sebagai kekayaan kuliner lokal," ujar Alief.
Rujak soto banyuwangi sendiri adalah makanan yang disajikan dalam mangkuk, yang isinya rujak sayur disiram kuah soto babat. Dihiasi dengan kerupuk emping melinjo dan kerupuk udang yang cukup unik. Rasanya unik karena menghasilkan campuran antara soto dan rujak.
(bdh/bdh)