Bus tingkat yang beroperasi di kawasan bisnis Hongkong bertingkat dua, begitu pula dengan trem. Dua kendaraan umum ini menjadi andalan penduduk Hongkong untuk beraktivitas setiap harinya, sementara mobil pribadi adalah pilihan terakhir mereka.
"Karena selain pajak tinggi, biaya parkir mahal dan tak semua apartemen di Hongkong memiliki lahan parkir, βmaka lebih murah menggunakan transportasi umum. Sistem transportasi di Hongkong juga sudah cukup baik, jadi sebagian besar mungkin berpikir mereka tak butuh mobil," ujar Vivien, salah satu penduduk Hongkong saat ditemui detikcom di North Point, Hongkong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ada yang unik dari trem yang dioperasikan oleh Hongkong Tramways itu. Tak hanya trem regular yang modern dan dioperasikan tiap hariβ, Hongkong Tramways juga menawarkan trem tingkat klasik dengan atap terbuka di dek atas untuk kegiatan pariwisata.
detikcom mendapatkan kesempatan istimewa menikmati kawasan bisnis Hongkong di North Point hingga Kennedy Town bersama rombongan Qualcomm, Kamis (11/9/2014), menggunakan trem antik. Ketika rombongan menunggu di pool trem di North Point, sebuah trem antik dengan nomor lambung 28 keluar dan memukau rombongan.
Trem berwarna cokelat dan hijau dengan ornamen klasik khas tahun 1900-an itu menjadi latar belakang selfie para rombongan. Tak beberapa lama kemudian, trem pun berjalan menuju Kennedy Town.
Di dek bawah, seorang masinis duduk di sebuah bangku kecil dan tangan kirinya memegang tuas rem sementara tangan kanan memegang kemudi berbentuk bulat yang cukup besar. Iya, kemudi untuk sebuah trem yang berjalan di rel.
Entah apa fungsi kemudi itu, namun ketika rel sedikit menikung, sang masinis menggerakan kemudi itu mengikuti bentuk rel. Sementara kaki kiri sang masinis menginjak pedal gas agar trem bisa berjalan dengan kecepatan maksimum 40 Km/jam.
Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 waktu setempat (perbedaan waktu dengan Jakarta hanya 60 menit, seperti WIB dengan WITa), ternyata rombongan berkeliling pusat bisnis Hongkong di jam sibuk lalu lintas. Kemacetan pun dirasakan rombongan dari atas trem.
"Jam segini memang jam sibuk di Hongkong," ujar peserta rombongan bernama Vivien yang sudah lama tinggal di Hongkong.
Jangan dibayangkan kemacetan itu seperti di Jakarta, di mana mobil, motor, bus dan angkutan umum serta pejalan kaki berebut ruas jalan walau hanya tersisa 1 meter sekalipun. βKemacetan di Hongkong terjadi karena lampu merah atau antrean transportasi umum di halte-halte.
Halte trem sebenarnya khusus berada di tengah ruas jalan seperti halte TransJakarta, namun tanpa tangga dan kaca-kaca yang tertutupβ. Halte trem di Hongkong lebih terbuka dan para calon penumpang dikenakan tarif berbeda, yang jelas, cukup murah. Tarif trem untuk dewasa dikenakan HK$ 2,30 (Rp 3.540,13), anak-anak di bawah 12 tahun dikenakan HK$ 1,20 (Rp 1.847,02) dan HK$ 1,10 (Rp 1.693,10) untuk penduduk senior yang berusia 65 tahun ke atas.
Sementara trem antik yang digunakan rombongan dikenakan tarif wisata yang bervariasi, tergantung minuman dan makanan serta rute yang diinginkan penyewa.
Kembali pada kegiatan menikmati macetnya ruas jalan Hongkong dari atas trem antik, sejumlah turis asing lainnya yang memilih backpacking tak mau ketinggalan mengabadikan trem antik yang dibuat tahun 1904 itu menggunakan kamera ponsel. Sementara rombongan di dek atas trem hanyut dalam obrolan ringan ditemani segelas anggur merah dari Prancis Cheatue du Moulin a Vent.
Di tengah kemacetan itu, rombongan juga menyaksikan lalu lalangnya mobil-mobil mewah seperti Rolls-Royce, Mercedez-Benz, Ferrari, Porsche, Lamborghini hingga Bugatti Veyron.
"Saya pernah lihat satu kali di sini, Bugatti Veyron. Sangat percuma mengendarai mobil super itu di tengah kota Hongkong seperti ini, kau tak akan pernah bisa merasakan kekuatan maksimumnya," ujar warga Hongkong bernama Adrian Fu yang turut bersama rombongan.
Setelah 30 menit dengan perpindahan yang hanya berjarakβ 50 meter, akhirnya trem antik yang kami tumpangi berhasil meninggalkan kemacetan itu. Selebihnya, perjalanan relatif lancar hingga kami turun di Kennedy Town untuk bersantap malam.
(vid/nwk)