4 WNA Terduga Teroris dan Hubungan Kelompok Santoso dengan ISIS

4 WNA Terduga Teroris dan Hubungan Kelompok Santoso dengan ISIS

- detikNews
Senin, 15 Sep 2014 07:04 WIB
Jakarta - Pihak kepolisian menangkap 4 WNA yang menggunakan paspor Turki palsu di Poso, Sulawesi Tengah. 4 Pria yang diduga kuat berasal dari suku Uighur itu diperkirakan sebagai anggota ISIS.

Menurut peneliti terorisme dalam Kajian Stratejik Intelejen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, penangkapan ini membuka hubungan baru kelompok teroris pimpinan Santoso di Poso dengan ISIS di Irak/Suriah. Penangkapan ini juga menghantarkan informasi baru terhadap kelompok teroris Santoso.

"Penangkapan mereka merupakan keberhasilan deteksi dini intelejen yang harus diapresiasi. Mereka diduga kuat akan memberikan dana sekaligus melihat langsung peta kekuatan kelompok teroris di Indonesia timur sebagai bahan laporan untuk Abu Bakr Baghdady (pemimpin ISIS)," kata Ridlwan melalui siaran pers, Senin (15/9/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penangkapan itu, menurut analisis Ridlwan, memberi petunjuk jalur komunikasi jaringan kelompok Santoso ke ISIS di Suriah. Jika positif 4 WNA itu adalah anggota ISIS maka ada sesuatu yang dibutuhkan oleh kelompok Santoso dan ISIS.

"Kelompok Santoso sedang membutuhkan dana dan bantuan persenjataan dari luar, sedangkan ISIS perlu proxy untuk melebarkan pengaruhnya ke Indonesia," kata Ridlwan.

Lebih jauh Ridlwan memperkirakan, jika motif keberadaan 4 WNA itu bertemu kelompok Santoso karena uang dan melebarkan sayap maka kelompok teroris di Indonesia telah meninggalkan sistem perbankan. Mereka menggunakan metode lama untuk pendanaan yaitu uang kontan.

"Sebab (sistem perbankan) mudah dideteksi oleh aparat karena itu prosedurnya kembali ke cara klasik, cash and carry. Jika satu pola sudah terbongkar, biasanya mereka akan langsung berganti strategi. Kelompok ini dua tiga langkah di depan," ujar Ridlwan.

Peristiwa penangkapan WNA ini mengingatkan Ridlwan pada peristiwa penangkapan teroris di bulan Juli 2001 lalu. Saat itu, anggota sel Al Qaeda Spanyol, Yusuf Galan diutus oleh pimpinannya Abu Dahdah untuk membawa uang tunai mendanai kamp pelatihan jihad di Poso. Kamp militer itu terpotret oleh Lembaga Sandi Negara dan aparat intelejen langsung bergerak ke Spanyol.

Pada 23 Desember 2001, aparat intelejen Indonesia menemukan bukti paspor dan foto kunjungan Yusuf Galan di Poso, sehingga keberadaan 4 WNA itu cukup mirip dengan pengungkapan Yusuf Galan mendanai kegiatan militer ilegal di Poso. Saat ini, kelompok Santoso diketahui telah mengirimkan sebagian anggotanya ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

"Intelejen imigrasi dibantu oleh Baintelkam Polri harus lebih memperkuat pengawasan di pintu-pintu masuk Indonesia yang selama ini lemah," tutup Ridlwan.

Keempat WNA itu adalah A Basyit, A Bozoghlan, A Bayram dan A Zubaidan. Mereka menggunakan paspor Turki saat masuk ke Indonesia dan diduga palsu karena dibuat di Thailand. Sementara dalam pemeriksaan, keempatnya menggunakan bahasa Uighur, bahasa yang biasa digunakan penduduk muslim di perbatasan Tiongkok-Turki, Turkestan.

(vid/bal)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads