Menurutnya, Sahrul mengakhiri hidupnya karena mengalami frustasi setelah dikucilkan dalam pergaulan di sekolahnya.
Nasrullah mengatakan, dirinya menikah lagi sejak 5 tahun yang lalu dan tinggal di Pati, Jawa Tengah. Pria yang berprofesi sebagai pegawai koperasi ini, mengaku dua sampai tiga bulan sekali mengunjungi keluarganya di Desa Kenanten, Kecamatan Puri, Mojokerto.
Meskipun tidak banyak tahu perkembangan anak-anaknya, namun Nasrullah membantah jika pernikahannya dengan wanita lain menjadi penyebab Sahrul kecewa dan memilih jalan pintas.
Menurutnya, sikap Sahrul berubah drastis sejak memutuskan keluar dari sekolah setahun yang lalu.
"Sejak mengidap penyakit (frustasi) setahun yang lalu, almarhum mengurung diri di dalam kamarnya, sebagai orangtua saya membujuknya untuk berobat, namun dia selalu menolak. Kalau fisiknya tidak sakit, tapi pikirannya yang terganggu," kata Nasrullah kepada detikcom saat ditemui di rumah duka.
Meski berusaha tegar, namun perasaan duka terlihat jelas di wajah pria ini. Nasrullah mengaku sangat terpukul atas kepergian putranya itu. Di mata Nasrul, Sahrul adalah anak yang pandai dan memiliki cita-cita tinggi.
"Sebenarnya dia ingin lulus SMA dan lanjut ke perguruan tinggi, dia pernah bilang ke saya kalau ingin kuliah di Universitas Indonesia atau UGM, karena dia ingin menjadi akuntan," ungkapnya.
Hal itu dibenarkan Yuniati (49), ibu kandung Sahrul. Meskipun tidak tinggal serumah dengan suaminya, Nasrullah masih rutin menjenguk ketiga anaknya.
"Ayahnya jarang pulang, paling hanya 2-3 bulan sekali melihat putra-putrinya," ucapnya saat berkumpul di ruang tamu rumah duka bersama anak dan suaminya.
Yuniati justru menduga, putranya nekat bunuh diri pada Sabtu dinihari itu karena mengalami frustasi setelah merasa dikucilkan dan diganggu oleh teman sekolahnya. Sebagai orang tua, Yuni mengaku pernah menyampaikan masalah yang dialami putra bungsunya itu ke pihak sekolah. Nampaknya upaya itu tidak membuahkan hasil.
"Alamarhum ini pernah juara debat Bahasa Inggris di kelasnya, teman-temannya tidak suka karena ada yang iri dengan prestasi Arif (panggilan rumah Sahrul), sehingga selalu dikucilkan," ungkapnya sambil sesekali mengusap air mata.
(gik/gik)