"Saya muak dengan kemunafikan. Santun-santun ngomongnya, padahal mereka bajingan. Saya minta maaf, saya harus ngomong begitu," kata Ahok dengan nada tinggi di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis (4/9/2014).
Ucapan Ahok itu berawal setelah dia sempat emosi melihat kartu pembayaran rusun yang hendak dia resmikan. Kartu-kartu tersebut sedianya dia harapkan bisa menekan praktik jual beli rusun. Karenanya dia minta ada foto dan nama penyewa dicantumkan di kartu seukuran ATM itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kegeraman Ahok itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, selama ini praktik korupsi sangat masif banyak terjadi di rusun. Banyak yang menjual-belikan rusun yang seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat miskin.
"Kelas menengah, yang punya duit berani beli Rp 50 juta-Rp 60 juta. Sementara yang nyewa rusun berpikir dia bisa mengambil uangnya dan kembali ke waduk. Ditambah parah lagi pejabat kita korup, di rusun mereka main-main dengan RT/RW, oknum calo atau bahkan satpam," kata dia.
"Makanya saya bilang, semua (oknum pejabat yang main) harus dipecat, kalau tidak pak Yonathan (Kadis Perumahan dan Gedung Pemerintahan) yang dipecat," ucapnya.
Ratusan warga penghuni rusun yang hadir pada acara peresmian pun bersorak mendengar ucapan Ahok saat dia mengancam untuk memecat pejabat korup. Mereka bertepuk tangan tanda setuju. "Tangkap saja itu Pak, pejabat-pejabat sama malingnya. Banyak banget di sini malingnya," kata masyarakat yang mayoritas ibu-ibu.
Sementara itu, Yonathan Pasodung yang hadir di lokasi tak banyak bicara. Dia hanya mengangguk meski wajahnya terlihat tegang saat mendengar kemarahan Ahok. Saat dimintai tanggapannya, dia malah menuding Bank DKI yang membuat Ahok marah soal kartu pembayaran rusun tersebut. "Bukan urusan saya itu urusan Bank DKI," katanya.
(ros/rmd)