Agus Wahyudi, Kasie Humas Satpol PP Banyuwangi mengatakan, 22 gepeng yang terjaring razia ini digelandang ke kantor Satpol PP untuk dimintai keterangan. Dari sejumlah keterangan para gepeng dan pemeriksaan KTP, didapati jika mereka rata-rata berasal dari kota tetangga. Seperti, Jember, Lumajang dan Bondowoso.
Jika diamati, puluhan gepeng ini terlihat sehat dan berpakaian cukup layak. Saat dimintai keterangan, hampir semua gepeng menangis histeris dan meminta tak dipulangkan ke kota asalnya.
"Rencananya, seluruh hasil tangkapan kali ini, bagi yang asal luar kota akan langsung dipulangkan. Ini dilakukan untuk menimbulkan efek jera," katanya pada sejumlah wartawan, Selasa (12/8/2014)..
Tak mau kecolongan, petugas juga menggeledah tas dan barang bawaan para gepeng. Cukup mengejutkan, sejumlah barang berharga seperti kalung emas dan telepon genggam ditemukan oleh petugas.
“Jika mereka memang benar orang miskin, tak mungkin mereka punya barang berharga ataupun telepon genggam,” lanjut Agus.
Saat dimintai keterangan, Fatimah (38), salah satu gepeng pemilik telepon genggam mengaku terpaksa berprofesi sebagai pengemis karena tak memiliki pekerjaan. Dia yang warga asli Lumajang ini bahkan sudah empat bulan mengemis di kota Gandrung, Banyuwangi.
Alasan tak miliki keterampilan berwirausaha dan himpitan kebutuhan hidup menjadi motivasinya untuk menjadi peminta minta. "Suami saya meninggal, saya gak punya pekerjaan. Padahal saya butuh makan,” tutupnya sambil menangis.
(iwd/iwd)