Mereka yang mendaftar lagi yakni Insan Qoriawan, Hari Moerti dan Titin Wahyuningsih. Ketiganya mengaku tak terbebani moral meski pelaksanaan pileg 2014 banyak kelemahan.
"Begini, yang bermasalah adalah PPK, bukan kami (KPU). Toh kami juga langsung menonaktifkan mereka saat kasus ini mencuat," kata Titin Wahyuningsih, salah satu komisioner KPU Kabupaten Pasuruan berbincang dengan detikcom di KPU Kabupaten Pasuruan, Minggu (4/5/2014).
Titin mengaku tidak terbebani moral dengan kasus suap 13 PPK dan kasus lainnya yang banyak mendapatkan protes dari caleg dan saksi.
"Saya masih ingin mengabdi kepada negara ini dengan cara mendaftar sebagai angota KPU periode berikutnya," katanya.
Sementara Insan Qoriawan menyatakan hal senada. Selama ini KPU sudah bekerja maksimal dan menjunjung tinggi netralitas dan independesi. Kalaupun ada oknum pelaksana pileg yang menerima suap itu tak berarti KPU gagal.
"Kami sudah bekerja secara maksimal, itu di luar kemampuan kami," katanya.
Insan menyatakan dirinya tak terbeban moral dengan mengikuti proses seleksi yang sudah dimulai sejak 30 Arpil lalu.
Sedangkan komisioner KPU Hari Moerti tak berkomentar banyak terkait keikutsertaannya dalam seleksi KPU periode 2014-2019. "Saya no coment," singkatnya.
Proses rekapitulasi ulang di Kantor KPU Jalan Raya Kejayan, Pasuruan yang dimulai sejak Jumat (2/5) beberapa kali diwarnai kekisruhan. Mulai dari hujan interupsi karena tak ada kesepahaman mekanisme rekapitulasi ulang, perwakilan parpol dan caleg yang ngotot diadakan hitung ulang, berbagai protes dari para saksi yang menyebabkab preses rekapitulasi dihentikan hingga salah seorang caleg gagal yang 'mengamuk' memaki-maki PPK.
Polisi bahkan memasang barigade kawat berduri karena police line di lokasi tak mampu mengendalikan keadaan. KPU juga mengeluarkan tanda pengenal khusus kepada semua pelaksana rekapitulasi dan jurnalis agar bisa masuk ke pendopo KPU. Siapapun yang tak memiliki ID tersebut tak bisa masuk. Bahkan para pelaksana rekapitulasi, baik PPK, panwas, maupun saksi yang bukan gilirannya diminta untuk keluar.
(fat/fat)