"Dia cukup populer dan sangat dihormati guru-guru lainnya. Ia juga rutin mengorganisir field trip malam hari, dan mengkoordinir perencanaan termasuk pembagian kamar anak laki-laki," kata penyidik FBI Patrick Fransen di situs resmi FBI seperti dikutip detikcom, Rabu (23/4/2014).
Fransen menyebutkan, Vahey juga melatih tim basket anak laki-laki di sejumlah sekolah yang pernah menjadi tempat kerjanya. Beberapa sekolah juga diketahui memberikan kepercayaan penuh kepada Vahey untuk mengawasi murid-murid pria.
"Sehingga dia menciptakan sistem yang memberinya kesempatan dan sarana untuk menganiaya anak-anak," ujar Fransen.
Oleh karena itu, FBI tetap melakukan penyidikan dengan mengumpulkan informasi terkait korban-korban Vahey. Termasuk di Indonesia, karena Vahey pernah mengajar di JIS selama 10 tahun tepatnya pada 1992-2002.
Vahey yang berprofesi sebagai guru itu menjerat korbannya dengan cara mengajak mereka bepergian ke suatu tempat. Saat mereka lengah, William lalu membuat mereka tak sadarkan diri dengan memberikan obat tidur. Namun pada 21 Maret 2014 lalu, Vahey bunuh diri karena USB tempat menyimpan foto sedikitnya 90 korban diketahui oleh atasannya di American Nicaraguan School.
"Dugaan sementara, anak-anak dalam kondisi tak sadar sehingga membuat para korban tak yakin telah menjadi korbannya," ujar Fransen.
(vid/nrl)