Berikut kisah Tjandra seperti dirangkum detikcom, Kamis (17/4/2014):
|
1. Beraksi Lewat FB dan Mengaku Dokter Wanita
ilustrasi
|
"Pelaku membuat akun Facebook menyamar sebagai seorang wanita dan berprofesi sebagai dokter kesehatan reproduksi. Wanitanya cantik," kata Direktur Tipid Eksus Bareskrim Brigjen Arief Sulistyanto, di Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2014),
Dalam penyamarannya itu pelaku mencari korban dan berkenalan melalui chat yang menjadi fitur Facebook.
"Dia meng-invite korbannya, setelah diterima dia mengajak chat korbannya," kata Arief.
Dalam percakapan itu, korban menjelaskan mengenai kesehatan reproduksi.
1. Beraksi Lewat FB dan Mengaku Dokter Wanita
ilustrasi
|
"Pelaku membuat akun Facebook menyamar sebagai seorang wanita dan berprofesi sebagai dokter kesehatan reproduksi. Wanitanya cantik," kata Direktur Tipid Eksus Bareskrim Brigjen Arief Sulistyanto, di Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2014),
Dalam penyamarannya itu pelaku mencari korban dan berkenalan melalui chat yang menjadi fitur Facebook.
"Dia meng-invite korbannya, setelah diterima dia mengajak chat korbannya," kata Arief.
Dalam percakapan itu, korban menjelaskan mengenai kesehatan reproduksi.
2. Menyuruh Anak-anak Berfoto Selfie Kemaluan
ilustrasi
|
"Bahkan anak-anak tersebut diminta sampai melakukan masturbasi dan difoto," kata Arief.
2. Menyuruh Anak-anak Berfoto Selfie Kemaluan
ilustrasi
|
"Bahkan anak-anak tersebut diminta sampai melakukan masturbasi dan difoto," kata Arief.
3. Sebar Foto Korban di FB untuk Pemerasan dan Adu Domba
ilustrasi
|
"Pelaku ingin mengadu domba antara orangtua dan guru korban," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dir Tipid Eksus) Bareskrim Polri Brigjen Arief Sulistyanto di Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2014).
Agar tidak terlacak, pelaku membuat akun Facebook lain dengan menggunakan identitas korban-korban. Dari akun itulah pelaku mengunggah foto para korbannya dan mengirimkan ke guru dan orangtua korbannya.
"Jadi seolah-olah korban yang meng-upload foto-foto tersebut," papar Arief.
Selain itu, motif pelaku menyebar foto tersebut ke orangtua dan guru korban adalah diduga untuk memeras.
"Pemerasan dan mengadu domba, bahkan ada guru dan orangtua terjadi friksi, dituduh men-gupload," ujarnya.
3. Sebar Foto Korban di FB untuk Pemerasan dan Adu Domba
ilustrasi
|
"Pelaku ingin mengadu domba antara orangtua dan guru korban," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dir Tipid Eksus) Bareskrim Polri Brigjen Arief Sulistyanto di Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2014).
Agar tidak terlacak, pelaku membuat akun Facebook lain dengan menggunakan identitas korban-korban. Dari akun itulah pelaku mengunggah foto para korbannya dan mengirimkan ke guru dan orangtua korbannya.
"Jadi seolah-olah korban yang meng-upload foto-foto tersebut," papar Arief.
Selain itu, motif pelaku menyebar foto tersebut ke orangtua dan guru korban adalah diduga untuk memeras.
"Pemerasan dan mengadu domba, bahkan ada guru dan orangtua terjadi friksi, dituduh men-gupload," ujarnya.
4. Ada 10 Ribu Foto Bugil Anak
ilustrasi
|
Menurut Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dir Tipid Eksus) Bareskrim Polri Brigjen Arief Sulistyanto, terdapat enam korban dalam satu sekolah di Surabaya yang menjadi korban tersangka Tjandra.
Enam korban tersebut terdiri dari empat siswi SD berusia 11-12 tahun, satu siswi SMP berusia 14 tahun, dan satu siswa SMP berusia 14 tahun.
"Total foto yang ditemukan ada 10.236 buah foto pornografi anak," kata Arief di Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2014).
4. Ada 10 Ribu Foto Bugil Anak
ilustrasi
|
Menurut Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dir Tipid Eksus) Bareskrim Polri Brigjen Arief Sulistyanto, terdapat enam korban dalam satu sekolah di Surabaya yang menjadi korban tersangka Tjandra.
Enam korban tersebut terdiri dari empat siswi SD berusia 11-12 tahun, satu siswi SMP berusia 14 tahun, dan satu siswa SMP berusia 14 tahun.
"Total foto yang ditemukan ada 10.236 buah foto pornografi anak," kata Arief di Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2014).
5. Tjandra Diduga Terlibat Jaringan Paedofil Internasional
ilustrasi
|
"Ada indikasi tersangka terlibat jaringan paedofil internasional," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dir Tipid Eksus) Bareskrim Polri, Brigjen Arief Sulistyanto, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2014).
Indikator tersebut didapat dari ditemukannya beberapa percakapan yang ada di komputer tersangka dengan beberapa pihak yang juga para paedofil internasional.
"Bahkan ada tawar menawar, tukar menukar gambar child pornography," kata Arief.
Namun, kata Arief, pihaknya belum mengungkap transaksi yang dilakukan tersangka dengan jaringan paedofil internasional dalam transaksi yang dimaksud tersebut.
"Belum berhasil diungkap apa sudah dijual atau tidak, tapi ada korespondensi dengan sindikat internasional," ujar Arief.
5. Tjandra Diduga Terlibat Jaringan Paedofil Internasional
ilustrasi
|
"Ada indikasi tersangka terlibat jaringan paedofil internasional," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dir Tipid Eksus) Bareskrim Polri, Brigjen Arief Sulistyanto, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (16/4/2014).
Indikator tersebut didapat dari ditemukannya beberapa percakapan yang ada di komputer tersangka dengan beberapa pihak yang juga para paedofil internasional.
"Bahkan ada tawar menawar, tukar menukar gambar child pornography," kata Arief.
Namun, kata Arief, pihaknya belum mengungkap transaksi yang dilakukan tersangka dengan jaringan paedofil internasional dalam transaksi yang dimaksud tersebut.
"Belum berhasil diungkap apa sudah dijual atau tidak, tapi ada korespondensi dengan sindikat internasional," ujar Arief.
Halaman 2 dari 12