Korban diduga mendapat kekerasan seksual itu lebih dari 2 kali. Pasalnya, menurut pengakuan korban kepada Sang Bunda, ada lima pelaku yang melakukan kekerasan seksual itu secara bergiliran.
"Anak saya bilang pelakunya banyak 'Many mommy. Five'. Sejauh ini polisi sudah menangkap 2 pelaku. Kalau anak saya bilang ada 5 pelakunya, berarti kekerasan terhadap anak saya itu bisa lebih dari dua kali," tutur Sang Bunda lirih, Senin (14/4/2014).
Untuk mengumpulkan kronologi kejadian itu, Sang Bunda perlu kesabaran ekstra mengingat kondisi psikologis putra sulungnya itu tengah dilanda trauma. Bahkan Sang Bunda punya cara tersendiri untuk mengorek peristiwa getir yang dialami putranya itu karena korban belum mengerti tanggalan dan hari.
"Kejadian itu terjadi di toilet di sekolah anak saya, di dekat playground," imbuh Sang Bunda.
Peristiwa pertama, diungkapkan korban kepada sang Bunda, terjadi sebelum teman satu kelas korban berulang tahun pada tanggal 15 Maret 2014. Saat itu, korban kebelet pipis hingga air seninya tercecer di lantai. Saat itu korban mendapat pelecehan seksual.
"Mbaknya (cleaning service perempuan-red) marah. Lalu anak saya dihukum disuruh mengeluarkan 'semut' dari 'bird' Bapaknya (cleaning service laki-laki)," kata Sang Bunda.
Saat itu, korban keluar dari dalam toilet sambil menangis. Pascakejadian itu, korban tidak mau lagi pipis di toilet di sekolah. Sang Bunda mengetahui hal ini dari anaknya, ketika mendapati korban berusaha memencet kemaluannya untuk mengeluarkan air seni.
"Dia pencet-pencet kemaluannya sampai air pipisnya tidak keluar lagi. Saya tanya saat itu kenapa dia kencing sampai begitu, dia bilang dia takut kencing di sekolah. Saat itu saya tidak bisa mendesaknya apa yang membuatnya seperti itu karena anak saya tidak mau membahasnya," paparnya.
Pascakejadian itu, Sang Bunda melihat keanehan perilaku putranya yang tidak biasanya. Hingga akhirnya, sekitar tanggal 17 Maret 2014, Sang Bunda mendapati korban pulang dari sekolahnya dengan kondisi bajunya yang sudah diganti. Hal ini, kata dia, tidak seperti biasanya.
"Waktu itu saya tanya kenapa ganti baju, dia jawab 'bajunya basah, hujan'. Waktu itu dia ke sekolah pakai baju olahraga. Padahal jarak sekolah dengan rumah saya itu dekat dan hari itu tidak hujan," lanjutnya.
Mengetahui keanehan putranya itu, Sang Bunda mencoba untuk kembali bertanya. Tetapi lagi-lagi korban tidak mau berterus terang. Korban juga terkesan tidak ingin membahasnya.
"Dia bilang 'nggak apa-apa'," cetusnya.
Hingga akhirnya, Sang Bunda menemukan memar di perut kanan putranya. Korban saat itu tidak mengungkapkan soal memar itu. Korban saat itu hanya mengatakan bahwa ia terbentur. Namun ketika Sang Bunda ingin mengoreknya lebih jauh, lagi-lagi korban tidak ingin membahasnya.
Sampai Sang Bunda menemukan cara yang jitu untuk mengorek apa yang dialami anaknya. Sang Bunda teringat ketika anaknya mengidolakan tokoh kartun Captain Amerika dan Hulk. Ia lalu mengatakan kepada anaknya bahwa ia punya teman bernama uncle Dafy yang berbadan seperti Hulk. Hal ini rupanya bisa membuat anaknya kembali bercerita.
"Dia bilang 'oh ya mami. Panggilin dong uncle Dafy soalnya ada orang jahat di sekolah. Akhiurnya dia bilang ada orang jahat di sekolahnya," imbuhnya.
Sang Bunda kemudian mengorek siapa dan perbuatan jahat apa yang dialami putranya. Dengan lancar, korban menceritakan peristiwa buruk yang dialaminya sambil mempraktekannya di hadapan sang Bunda yang membuat Bundanya berurai air mata.
"He hit me. He put his bird on my butt. And then she mark me in the face, in the stomach," ujar Sang Bunda menirukan perkataan anaknya.
Saat itu sang Bunda bingung, karena korban mengatakan pelakunya perempuan, tetapi tiba-tiba mengatakan pelakunya laki-laki. Saat itu sang Bunda kebingungan.
"Kamu bilang she tapi he, yang mana yang benar," ujar sang Bunda.
"She mommy. She look like mommy, has hair like mommy. He, he look like daddy like me. Before she, she's the one open all my cloth. Then Bapak come, put the bird in my butt," lanjut Sang Bunda menirukan perkataan putranya sambil berlinang air mata.
Tidak menutup kemungkinan pelecehan dan kekerasan seksual yang dialami korban terjadi lebih dari dua kali. Baik polisi maupun Sang Bunda masih terus merayu korban agar mau bercerita lebih banyak lagi.
Polisi sudah menetapkan 3 orang dalam kasus ini . Mereka adalah Agun, Firziawan dan Afriska yang merupakan petugas cleaning service di sekolah tersebut.
Polisi sudah menahan Agun dan Firziawan dengan jeratan pasal perlindungan anak . Sementara Afriska tidak ditahan karena tidak persangkaan perbuatannya tidak diharuskan dilakukan penahanan.
"Yang ditahan AI (Agun-red) dan FA (Firziawan-red). Satu tidak ditahan AF (Afriska) tapi sudah jadi tersangka juga," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, kemarin.
(mei/nwk)