Pelaksanaan UN di SMALB Maarif Lamongan diikuti 5 siswa. Dua diantaranya siswa penyandang tuna rungu, 2 lainnya penyandang tuna daksa serta seorang penyandang tuna netra yang bernama Sriana.
Sriana terpaksa harus mendengarkan soal yang dia kerjakan dari pengawas. Pengawas ujian membacakan soal di depan siswa SMALB dan siswa pun menjawab pertanyaan yang dia dengar tersebut.
Kepala sekolah SMALB Maarif Lamongan, Sugeng Priyono mengakui pihaknya tidak menerima lembar soal dan jawaban berhuruf braille. Agar siswa bisa mengerjakan soal, lanjut Sugeng, pengawas ujian pun membacakan soal tersebut di depan Sriana dengan lantang.
Otomatis peserta lain terganggu konsentrasinya karena pengawas yang membacakan soal terdengar oleh seluruh peserta dalam satu ruang.
"Seharusnya memang disediakan soal dan jawaban berhuruf braille agar ada kesamaan hak untuk penyandang cacat," kata Sugeng Priyono kepada wartawan, Senin (14/4/2014).
Selain membacakan soal UN, pengawas ujian juga menuliskan jawaban yang telah dijawab peserta ujian di lembar jawaban komputer. Pasalnya, untuk lembar jawab komputer penyandang tuna netra juga tidak disediakan lembar jawaban huruf braille.
Sementara UN ini tidak diikuti 2 siswa lantaran sakit dan dirawat di rumah sakit. Mereka yakni Ulil, siswa salah satu SLTA Paciran dan Afifah, siswi SMKN 1 Lamongan.
Di Lamongan sendiri secara keseluruhan UN tingkat SMA dan sederajat ini diikuti oleh 17.060 peserta yang tersebar di 182 lembaga pendidikan di 27 kecamatan di Lamongan.
(fat/fat)