Adalah para pembantu rumah tangga (PRT) yang dengan terampil merawat hunian milik majikan mereka. Salah seorang di antara mereka yang bernama Nungki (19) bertugas untuk memasak tiga kali sehari.
βDi rumah ini memang ada 6 pembantunya, semua punya tugas masing-masing. Kalau saya tugasnya masak. Kalau siang begini majikan kami belum pulang, jadi bisa sambil istirahat sebentar. Enaknya kerja di sini buat makan kita bisa sekalian barengan, jadi gaji kita utuh. Bisa dibuat nabung,β kata Nungki ketika sedang istirahat siang hari Selasa (8/4/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
βSebelum di sini, saya kerja jadi buruh konveksi di Bekasi. Di sana jauh lebih tertekan daripada di sini. Sehari diminta bikin baju sesuai permintaan atasan. Kalau gaji sih memang di konveksi ngikutin UMR, tapi sehari kerja bisa sampai belasan jam,β kata Nungki.
Sepakat dengan Nungki, rekan sejawat dia yang bernama Endah (17) pun menyatakan hal senada. Memang keduanya berasal dari perusahaan konveksi yang sama sebelumnya.
βKita dapat informasi buat kerja ikut orang kayak begini dari teman sekampung. Katanya kalau mau bakal ditawarin tanpa lewat lembaga penyalur. Jadi lah kita kerja di rumah ini,β imbuh Endah kemudian.
Keduanya baru bekerja sebagai PRT selama 6 bulan. Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh mereka bahwa akan menjadi PRT sebagai pekerjaan.
βHabisnya untuk sekolah biayanya nggak ada. Kami cuma tamatan SMP, buat masuk SMA apalagi kuliah butuh biaya banyak. Daripada nganggur ya mendingan kerja kayak begini,β kata Endah.
Seakan suratan takdir menggariskan mereka untuk bertemu, Wawan (18) juga mengalami nasib yang sama seperti Nungki dan Endah. Pada rumah itu dia berperan sebagai perawat kebun.
βTapi kalau saya bukan dari konveksi. Memang dari awal saya kerja di sini. Di sini juga tidak begitu berat kerjanya,β kata Wawan.
Ketiga remaja ini kebetulan berasal dari kampung halaman yang sama yaitu Purbalingga, Jawa Tengah. Dengan kompak mereka bekerja mengurus rumah sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.
(bpn/trq)