Padepokan yang sudah berpengalaman menyembuhkan caleg stres sejak tahun 2004 silam ini, telah menyediakan ruangan tambahan untuk mengantisipasi membludaknya pasien caleg stres.
Dari kunjungan detikcom ke padepokan Among Budaya, sejumlah 48 pasien gangguan jiwa dengan berbagai latar belakang terlihat berkumpul di pedepokan tersebut. Mereka terlihat asyik melihat tayangan hiburan di televisi yang dipasang di tembok padepokan.
Memasuki waktu makan siang, puluhan pasien ini patuh mengikuti perintah Jeliteng untuk mengambil makanan. Dengan tertib mereka mengambil makanan di dapur rumah Jeliteng. Setiap pasien tidak ada yang dilayani, baik untuk makan, mandi, mencuci pakaian, maupun tidur. Jeliteng hanya memberikan arahan untuk pasiennya.
"Pengalaman pemilu tahun 2009 ada 13 pasien caleg yang saya rawat. Semuanya dari luar Mojokerto. Ada yang dari Jawa Tengah dan Jawa Barat. Rata-rata karena tertekan akibat beban hutang setelah kalah dalam pencalonan," kata Jeliteng kepada detikcom, Kamis (10/4/2014).
Untuk menangani caleg stres, menurut Jeliteng tidak terlalu sulit. Dia hanya memerlukan waktu kurang dari satu bulan untuk menyembuhkan caleg stres. Pasalnya, gangguan jiwa yang dialami caleg masih dalam batas gangguan jiwa ringan.
"Terapinya bersifat alamiah. Selama menjalani terapi saya ajak untuk berkomunikasi untuk mengetahui keinginan pasien. Kita masukkan solusi-solusi hidup yang bisa menenangkan jiwa mereka," ungkapnya.
Pasca pileg tahun ini, Jeliteng sudah menyiapkan dua kamar tidur tambahan untuk pasiennya. Saat ini, di rumah pria kelahiran 40 tahun lalu ini telah tersedia 13 kamar tidur yang mampu menampung hampir seratus pasien.
"Perkiraan saya tahun ini jumlah pasien caleg stres yang datang akan meningkat. Soalnya politik uang juga meningkat dibandingkan pemilu sebelumnya. Caleg stres akibat tekanan hutang pasti semakin banyak," paparnya.
Metode yang diterapkan untuk menyembuhkan penderita gangguan jiwa berbeda dengan metode di rumah sakit. Pasien diarahkan untuk menjalani rutinitas sehari-hari secara mandiri dan disiplin sesuai keinginan setiap pasien. Disamping itu, Jeliteng memberikan solusi-solusi hidup untuk meringankan beban jiwa pasien.
"Terapi alam, jadi pasien saya giring sesuai keinginan mereka. Perlahan saya berikan solusi dan nasehat hidup. Soalnya latar belakang kasusnya berbeda. Ada yang kasus narkoba, kasus penganut ilmu kebatinan, gila turunan, kerasukan makhluk halus, ada juga yang tekanan hidup," tuturnya.
Jeliteng mengaku, padepokan miliknya dia dirikan secara swadana. Penghasilannya sebagai seorang seniman dia alokasikan untuk memenuhi kebutuhan hidup pasiennya. Belum ada kepedulian dari pemerintah setempat untuk membantu biaya operasional perawatan pasien.
Pria yang juga berprofesi sebagai pelawak dalam pertunjukan Ludruk ini mengaku telah menyembuhkan ribuan pasien gangguan jiwa sejak 10 tahun lalu.
"Awalnya saat pementasan Ludruk saya sering melihat orang gila. Karena kasihan saya berusaha merawat mereka. Seiring berjalannya waktu, pasien saya semakin banyak sehingga saya resmikan dengan akta notaris menjadi padepokan," pungkasnya.
(fat/fat)