Polusi Disinyalir Akibatkan Autisme

Polusi Disinyalir Akibatkan Autisme

- detikNews
Kamis, 10 Apr 2014 10:58 WIB
Jakarta -

Sebuah penelitian dari Amerika Serikat mendapati bahwa seorang anak memiliki resiko lebih besar terkena kelainan spektrum Austisme (Austism Spectrum Disorder) bila Ibunya terpapar polusi udara dalam kadar besar saat hamil dengan anak tersebut.

Kelainan spektrum autisme kadarnya berbeda, mulai dari gangguan parah perilaku, bahasa dan intelektual, hingga kemampuan berfungsi dengan baik namun susah bergaul, membaca emosi orang dan mengekspresikan diri.

Temuan dari fakultas kesehatan masyarakat Harvard, Amerika Serikat, mendapati bahwa perkembangan otak hingga mengalami kelainan ini mungkin dipengaruhi polusi udara. Marc Weisskopf adalah Profesor bidang Epidemiologi terkait Pekerjaan dan Lingkungan di fakultas tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Polusi udara sudah dipelajari terkait berbagai hal...namun gagasan bahwa polusi udara bisa mempengaruhi autisme relatif baru. Sejujurnya, saya mendalami ini karena ada laporan dari California, yang menyebutkan dalam sebuah penelitian di daerah Bay bahwa ibu-ibu yang berada di daerah sensus yang diperkirakan memiliki tingkat polutan lebih tinggi lebih beresiko melahirkan anak dengan autisme," jelasnya.

Penelitian tersebut dibuat berdasarkan model Dinas Perlindungan Lingkungan, yang memperhitungkan faktor-faktor seperti lalu lintas dan industri.

Tim Weisskopf kemudian melanjutkan penelitian tersebut dengan meneliti sekelompok suster perempuan, yang kesehatannya dimonitor selama 20 atau 30 tahun.

"Ini dimulai tahun 1989. Waktu itu ada lebih dari 100.000. Penelitiannya berfokus pada kesehatan para suster. Mereka disurvei setiap dua tahun. Mereka menjawab kuesioner mendalam dan kita melacak mereka ke mana saja dan melakukan apa..." cerita Weisskopf.

Pada tahun 2005, para perempuan tersebut diberi pertanyaan tentang apakah mereka memiliki anak yang menderita kelainan spektrum autisme, dalam bentuk autisme, sindroma Asperger, atau kelainan perkembangan yang menyebar. Kemudian, mereka yang mengaku memiliki anak seperti itu menjalani prosis validasi.

Setelah itu, para peneliti menggunakan model-model yang sama yang digunakan dalam penelitian di California.

"Kita membandingkan ibu-ibu yang melaporkan bahwa mereka memiliki anak dengan autisme, membandingkan dengan dimana Ia saat Ia mengandung, bagaimana tingkat polutan-polutan disekitarnya dibandingkan dengan perempuan yang mengaku tak memiliki anak dengan autisme," jelas Weisskopf, "...kami mendapati bahwa hasilnya amat serupa dengan yang di California."

Para peneliti mendapati adanya efek dosis. Yang berarti, bila mengalami lebih banyak polusi udara, mereka akan memiliki resiko lebih tinggi melahirkan anak dengan kelainan spektrum autisme. Saat ini, para peneliti berusaha mengukur paparan saat hamil terhadap paparan tahun-tahun pertama anak.

"...Kami mendapati adanya keterkaitan signifikan antara materi particulate yang lebih tinggi yang ukurannya kurang dari 2,5 micron, jadi bukan yang lebih besar, melainkan yang kurang dari 2,5, untuk periode kehamilan tersebut."

Sumber-sumber partikel tersebut bisa berbeda-beda antar wilayah di Amerika Serikat. Maka, perbedaan antara Australia dan Amerika bisa saja amat besar.

Paparan terhadap partikel-partikel ini bisa menyebabkan berbagai hal, seperti gagalnya fungsi kekebalan pada sang ibu, yang mungkin bisa ditularkan ke janin, ucap Weisskopf.

Pada akhirnya, sampel berjumlah ; sekitar 300 anak dengan autisme dan sekitar 2-3 ribu anak yang tidak menderita autisme.

(gah/gah)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads