"Memang dulu (Pileg 2009) nomor satu. Tapi situasi gempuran terhadap Partai Demokrat selama 2,5 tahun memporak-poranda terutama dengan kelompok rasional yang mendapatkan informasi paling tinggi. Tapi di pedesaan relatif tidak terpengaruh," kata Soekarwo usai mencoblos di TPS 27 Kelurahan Manyar Sabrangan, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya, Rabu (9/4/2014).
Ia mengatakan, meskipun cukup susah meraih posisi pemenang lagi, Soekarwo berharap Demokrat di Jatim masuk tiga besar dengan prosentase sekitar 20 persen.
"Entah nomor satu, nomor dua atau nomor tiga, ya masuk tiga besar," tuturnya.
Soekarwo yang juga Gubernur Jawa Timur ini menerangkan, suara demokrat di perkotaan seperti Surabaya dan kota lainnya cukup berat untuk kembali menjadi pemenang.
Namun, pihaknya berharap dari daerah pemilihan yang penyumbang terbesar bagi demokrat seperti, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, Jombang, Mojokerto, Nganjuk, Madiun, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep.
"Memang Surabaya berat untuk menjadi nomor satu. Tapi insyaAllah penyumbang terbesar dari dapil (daerah pemilihan) 7,8,11," ujarnya sambil menambahkan, suara di daerah pedesaan masih stabil, karena program yang dilakukan pemerintah pusat dan Jawa Timur sangat dirasakan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.
Ketika disinggung mengenai kemungkinan Demokrat yang sebelumnya menjadi partai penguasa menjadi partai oposisi pada pemerintahan ke depan, Soekarwo menegaskan, secara pribadi dirinya bersikap tidak mendukung Demokrat menjadi partai oposisi.
"Saya sebagai Soekarwo orang yang tidak setuju dengan konsep opisisi. Saya pikir dalam kultur demokrasi kerakyatan adalah konsep musyawarah mufakat untuk mencari titik temu menyelesaikan masalah," tandasnya.
(bdh/bdh)