"Investor yang tertarik banyak. Peminatnya dari Cina, Hongkong, Singapura dan Jepang," ujar Heryawan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Selasa (8/4/2014).
Teknologi yang menarik yaitu pengolahan sampah dengan pembakaran di atas 400 derajat celcius hingga menyisakan 10 persen sampah. Sisa sampah tersebut kemudian bisa dijadikan bahan baku pembuatan bata yang dapat dimanfaatkan untuk membangun.
"Tapi itu biayanya mahal. Tapi kalau dibandingkan, kita bisa saja pakai teknologi itu. Karena nanti kan kalau sampah tidak ada, biaya untuk pelayanan kesehatan bisa dipindahkan karena masyarakat makin sehat karena sampah tidak ada," tutur politisi yang akrab disapa Aher ini.
Namun belum ada komitmen dari 6 kabupaten kota yang akan membuang sampah ke Legok Nangka. Pasalnya pemda nantinya harus membayar biaya pengolahan yang jumlahnya tidak sedikit.
Enam kabupaten kota yang sampahnya akan diolah di Legok Nangka yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut. Keenam kepala daerah tersebut telah menandatangani Perjanjian Kerjasama tentang Pelayanan TPPAS Legok Nangka.
"Harus ada penegasan, selain komitmen untuk membuang sampah ke Legok Nangka, harus ada komitmen untuk tipping fee," jelasnya.
Kepastian teknologi yang akan dilakukan akan ditentukan setelah dilakukan kajian. Targetnya proyek ini harus sudah selesai sebelum TPA Sarimukti ditutup pada 2015.
"Kalau belum ada kesepakatan di Legok Nangka itu dioperasikan dengan pola sanitary lanfield saja dulu," kata Heryawan.
TPPAS sudah digagas sejak tahun 2010 silam dan diperkirakan menghabiskan dana Rp 1 triliun. Saat itu, pemprov menargetkan pada tahun 2012 bisa beroperasi. Tapi hingga saat ini belum terealisasi.
(tya/try)