Kunjungan elite PDIP pimpinan Puan Maharani ke Hatta Rajasa itu tentu menimbulkan sejumlah pertanyaan. Sebab, secara perolehan suara dalam sejumlah survei posisi PAN sebenarnya tidak terlalu signifikan untuk PDIP. Apalagi jika sekadar menawarkan Hatta masuk dalam jaring cawapres Jokowi. Apa targetan PDIP dari PAN?
Direktur Eksekutif Political Communication (PolComm) Institute Heri Budianto menduga, kunjungan 'tim 7' elit PDIP ke rumah ketum PAN tersebut untuk mendapat dukungan dari kalangan politik Islam, khususnya warga Muhammadiyah. Sebab tak dipungkiri, basis utama PAN adalah Muhammadiyah.
"Saya melihat PDIP menyadari bahwa kelompok Islam memiliki peran strategis dan sangat diperlukan dalam realitas politik dalam koalisi," ujar Heri kepada detikcom, Selasa (8/4/2014).
Menurut Heri, PDIP dekati PAN untuk raih dukungan kelompok Islam. Karena itu, PDIP membuka ruang koalisi ke PAN. Sebab jika dilihat dari partai Islam saat ini, maka yang memungkinkan untuk dijalin koalisi dengan PDIP adalah PAN dan PKB. Kedua parpol ini menjadi corong politik dominan bagi dua basis komunitas Islam terbesar di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan NU.
Sederhananya, untuk meraih suara maksimal Muhammadiyah tidak cukup dengan menjalin komunikasi dengan pimpinan ormas Islam kedua terbesar tersebut seperti yang dilakukan Jokowi beberapa waktu lalu. Tapi harus dibackup dengan langkah politik di tingkat partai. Begitupun dengan PKB yang menjadikan komunitas NU menjadi basisnya.
Sementara PKS menurut pakar komunikasi politik dari Universitas Mercu Buana ini, sulit berkoalisi dengan PDIP dengan alasan ideologi, sedangkan PPP sudah lebih dulu memilih merapat ke Gerindra.
"Saya kira elite PDIP menyadari betul peran kelompok Islam, maka PAN didatangi untuk membuka ruang komunikasi politik. Kita tahu NU dan Muhammadiyah merupakan kelompok Islam terbesar," imbuhnya.
Heri juga mengatakan pendekatan yang dilakukan PDIP karena Hatta memiliki kedekatan dengan Taufik Kiemas. Hal itu menjadi salah satu faktor mengapa Hatta yang didekati.
"Kita tahu kedekatakan Hatta dengan ayahanda Puan yakni TK karena berasal sama-sama dari Sumsel. Ini juga menjadi pertimbangan, lalu kemudian kapasitas Hatta di pemerintahan sudah teruji ini pertimbangan berikut, lalu Hatta relatif diterima oleh semua kelompok nasionalis dan kelompok Islam," pungkas Heri.
(rmd/van)