"Bapak saya sebenarnya biasa saja, waktu kecil kan, dibilang kamu itu orang paling pintar di kampung kita, tapi masih banyak orang yang lebih pintar. Kalau kamu juara ya enggak heran, karena makannya susu-keju-telur, sepatunya kickers, tidurnya pakai piyama. Tapi temanmu yang makannya cuma singkong, minumnya teh manis, kalau bisa juara 2-3, berarti dia sebenarnya bisa lebih pintar dari kamu kalau makan kayak kamu," kata Ahok mengenang wejangan bapaknya.
Hal itu disampaikan Ahok pada presenter program Hitam Putih, Deddy Corbuzier, ketika syuting pada Senin (7/4) malam di studio Trans7 di Pancoran, Jakarta. Dia terpacu untuk terus belajar dan tidak melulu bersandar pada kemapanan ekonomi keluarganya. Acara in akan tayang pada Rabu malam.
Sang ayah yang merupakan pengusaha itu juga melatih Ahok untuk tidak bermanja. "Waktu SMP di Belitung itu saya sudah bisa bawa truk, bawa jeep. Makanya kata bapak ini bahaya sehingga saya dikirim ke Jakarta. Sampai di Jakarta saya disuruh beli karcis bus, uangnya di pas-pasin, makannya rantangan," kata dia.
Dia menceritakan keluarganya juga sempat merasakan kebangkrutan jelang Ahok lulus SMA. Ketika mau merantau kuliah di Jakarta, lagi-lagi Ahok dididik dengan cara 'dipaksa' hidup serba pas-pasan. Sangat bertolak belakang dengan masa kecilnya yang berkelimpahan.
"Uangnya pas-pasan untuk fotocopi, lalu untuk bayar uang kuliah minta sama tante. Jadi kadang-kadang waktu mau ujian saya enggak bisa dapat nomor ujian, mesti cari uang dulu baru dapat nomor," ungkap Ahok.
Sementara kepada Ibunya, Ahok juga pernah mengadu waktu dihina teman-temannya karena ikut membantu keluarga jualan roti. "Waktu bangkrut itu, bapak saya jual roti dan pernah juga pergi ke ladang. Ibu suruh saya ikut bantu-bantu. Ya orang-orang bilang, 'masa anak penguasaha jualan roti'. Saya ngadu sama ibu saya, beliau bilang kalau tidak mencuri jangan malu. Beliau selalu ingatkan seperti itu," kata dia mengingat petuah orang tuanya.
(ros/ndr)