"Betul, ada fenomena Jokowi Yes PDIP No. Jokowi kan bukan hanya dilihat sebagai kader PDIP semata, karena elektabilitasnya yang tinggi dia menggarap semua kalangan termasuk swing voters dan pemilih partai lain. Itu yang membuat elektabilitas Jokowi bisa di atas 30% sementara PDIP sekitar 20%," kata Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, kepada detikcom, Rabu (2/4/2014).
Penyebab kedua karena fenomena deklarasi Jokowi sebagai capres tidak dimainkan secara optimal oleh PDIP untuk menarik simpati rakyat. Iklan yang ditampilkan PDIP, misalnya, tidak menampilkan Jokowi sama sekali.
"Bandingkan keseriusan Gerindra melekatkan Prabowo ke partai, keseriusan Ical melekatkan dengan Golkar. Mereka sadar dengan melekatkan tokoh, elektoral partai juga terangkat. Itu yang tidak dilakukan PDIP," tutur Yunarto.
"Jangan-jangan di dalam PDIP ini masih setengah hati dalam deklarasi Jokowi," imbuh Yunarto.
Situasi ini tentu tidak menguntungkan bagi PDIP. Bisa jadi gap antara elektabilitasa Jokowi dan PDIP semakin renggang.
"Ini yang pada akhirnya kondisinya bisa berujung pada gap yang lebih besar antara elektabilitas Jokowi dan elektabilitas partai," pungkasnya.
(van/nrl)