Walikota Surabaya Tri Rismaharini berharap, produktivitas padi terus ditingkatkan dan ingin warganya tetap menjadi juragan.
"Kawasan Surabaya barat ini kan basis pertanian. Saya tidak malu, Surabaya sebagai kota metropolitan tapi ada pertaniannya," ujar Risma di sela Panen Raya Padi dan Ujicoba Biogas di wilayah Sidorejo, RW 1 Kelurahan Pakal, Kecamatan Pakal, Sabtu (29/3/2014).
Di wilayah RW 1 Pakal terdapat 21 hektar lahan pertanian padi. Dari lahan tersebut, menghasilkan 189 ton padi. Kata Risma, meski lahannya sempit, tapi jika dapat dikelola dengan benar dan profesional, maka hasilnya tidak kalah dengan usaha lainnya.
"Memang lahannya sempit, tapi bagaimana dapat menghasilkan ouput hasil yang besar. Artinya, menggunakan teknologi meskipun tidak sulit amat teknologinya. Dan saya berharap petani di Surabaya menjual produk organik. Kalau organik, nilai jualnya lebih tinggi," terangnya sambil menambahkan, produk pertanian organik dari Surabaya harganya akan lebih kompetetif dibandingkan dengan daerah lain, karena pasarnya ada di Surabaya.
"Kalau ada (pasar) di Surabaya, biaya transport bisa ditekan sehingga harganya bisa lebih kompetitif," tuturnya.
Risma mengimbauke petani di Surabaya, agar tidak menjual lahan produktif pertaniannya. Alasannya, jika lahan tersebut dijual, maka warga bisa menjadi menjadi buruh maupun pekerja.
"Kami mendorong kawasan ini tetap (kawasan pertanian). Jangan sampai tergoda menjual lahannya. Kalau lahannya dijual, tidak bisa mengelola uangnya dan habis, akhirnya menjadi pekerja menjadi buruh. Saya tidak ingin warga menjadi pekerja. Saya ingin mereka menjadi juragan," terangnya.
"Kalau sudah tahu hasil dari produk pertanian, peternakan, ketertarikan mereka menjual lahannya menjadi lebih kecil, karena tahu lahan ini produktif," tandasnya.
Sementara itu, Suyatno perwakilan dari kelompok tani Sadirejo, Pakal mengatakan, kebiasaan warga di Pakal menggunakan cara tradisional. Ke depan pihaknya akan menerapkan sistem Jajar Legowo.
"Kalau tradisional 1 hektar menghasilkan 9 ton. Kalau dengan cara Jajar Legowo akan menghasilkan 10-13 ton per hektar. Kita akan memanfaatkan lahan yang sempit ini dengan hasil maksimal," ujar Suyatno sambil menambahkan, tidak ada kendala yang dihadapinya, hanya lahan pertanian yang sempit.
(roi/fat)