Para prajurit ini menjalankan tugas selama 3 pekan di Riau. Terhitung hari ini, Kamis (27/3/2014) masih ada sisa 8 hari lagi mereka di lapangan. Bila kondisi kebakaran masih terus terjadi, maka sesuai dengan perintah Presiden SBY, tugas mereka akan diperpanjang sampai api benar-benar hilang dari Bumi Melayu Riau.
Bukan hal yang mudah memadamkan api. Pasukan ini diangkut dari lapangan udara Halim Jakarta ke Roesmin Nurjadin di Pekanbaru dengan pesawat hercules ke TNI AU. Dari Pekanbaru, mereka disebar ke sejumlah kabupaten yang sebaran api dengan menggunakan truk. Jaraknya lumayan jauh, bisa sampai 12 jam. Itu belum masuk ke lokasi titik api.
Para prajurit ini dipandu pihak Kodim Koramil untuk menuju lokasi kebakaran lahan. Mereka bermodalkan alat mesin pompa air.
Tidak mengenal siang dan malam. Sasaran utama mereka adalah memadamkan kawasan yang terbakar. Dengan kobaran api dan asap yang pekat, mereka berjibaku untuk memadamkannya agar jangan semakin meluas.
"Satu titik padam, berpindah ke titik yang lain. Kita selalu keliling dari satu tempat ke tempat yang lain. Kita juga tidur di lokasi di sekitar kawasan lahan yang terbakar," kata Komandan Kompi Yon Zipur 9 Kostrad, Lettu Arya Deva dalam perbincangan dengan detikcom.
Tidak mudah memadamkan api di kawasan hutan gambut. Selain api membara di bawah tanah, asap juga pekat yang menyesakkan dada. Kadang begitu mesin semprot air diarahkan ke api, justru bagian bara api kadang ikut terbang berjarak 50 meter.
"Kita semprot di depan, kalau saat angin kencang kobaran api meloncat ke tempat lain. Percikan itu bisa menyulut lokasi lainnya terbakar. Sebelum percikan itu membesar, tim lain harus bersiap memadamkan percikan itu. Bila tidak sigap, apinya bukannya padam, tapi bisa meluas. Begitulah salah satu kondisi di lapangan yang kami hadapi," kata Lettu Arya Deva.
Ini belum lagi, lanjut Lettu Arya, ketika pasukan harus terjebak dengan kepungan asap pekat yang jaraknya hanya sisa 5 meter. Kalau sudah kondisi seperti sekalipun mereka adalah prajurit, tetap saja mengalami sesak nafas.
"Yang jatuh pingsan memang belum ada. Tapi kalau cerita sesak nafas, saya kira kita semua mengalaminya di lapangan," kata Lettu Arya.
Itu sebabnya, dalam memadamkan kebakaran lahan dan hutan, pasukan selalu disiapkan tabung oksigen. Ini berfungsi, apa bila prajurit mulai sesak nafas, maka satu-satunya jalan untuk menetralisirnya harus dibantu pernapasan lewat tabung oksigen.
"Kita kalau sudah merasa kurang tabung oksigen, langsung meminta bantuan ke Satgas Kesehatan. Mereka kita minta mendrop tabung oksigen lagi," kata Lettu Arya.
Selain tabung oksigen paling diperlukan, obat mata juga tidak kalah pentingnya. Karena saat memadamkan kobaran api dengan mesin air partikel debu jelas mengganggu mata. Butiran debu panas kadang membuat pedih mata.
"Kita juga sering minta tambahan obat untuk cuci mata. Kita silih berganti bila ada yang sudah sakit mata dan sesak nafas, maka lainnya segera menggantikannya," kata Lettu Arya.
Selain bertugas utama memadamkan kobaran api, mereka turut mengevakuasi warga desa bila terkepung asap. Mereka juga ikut memburu para pelaku pembakaran hutan dan lahan.
(cha/try)