.webp)
Menurut Ketua Tim Bedah Plastik Face Off Prof dr Sjaifuddin Noer SpBP-K, pelepasan Lisa dianggap sudah waktunya karena luka medis sudah sembuh, serta psikologisnya sudah siap 'dilepas' ke masyarakat umum.
"Secara medis tidak ada, karena luka sudah baik. Mungkin psikologis Lisa yang perlu dijaga meski saat ini sudah siap. Tapi dia sudah siap," kata Prof dr Sjaifuddin Noera kepada wartawan, Rabu (5/2/2014).
Meski resmi 'dilepas', Lisa masih diharuskan menjaga wajahnya serta tetap diwajibkan melakukan kontrol seminggu dua kali untuk mengetahui perkembangan serta keluhan yang dirasakan warga Turen, Malang ini.
Sementara hasil 17 kali operasi yang dilakukan Lisa, tim dokter masih harus menjalani serangkaian operasi. Karena, kondisi Lisa saat ini masih 75 persen dan diusahakan mendekati normal.
"Operasi ini masih ada lagi. 90 persen belum. Saat ini masih 75 persen. Secara psikologi Lisa sudah siap, buktinya dia sudah kemana-mana," ujarnya.
Sementara perbaikan yang masih harus disempurnakan diantaranya bekas luka di dagu, leher maupun pembuatan alis. Namun untuk pembuatan alis menurut tim bedah tidak perlu dilakukan secara medis, akan tetapi akan ditawarkan pada Lisa.
"Tidak kita lepas begitu saja. Lisa juga tidak diperbolehkan pergi ke salon karena masih dalam masa perawatan serta masih harus ada operasi lanjutan yang akan kita lakukan 3-5 bulan kedepan," ungkap Sjarifuddin.
Lisa menjalani operasi rekonstruksi atau face Off pada Maret 2006. Saat itu wajah Lisa disiram air keras oleh suaminya, Mulyono Eko, hingga membuat wajahnya yang ayu rusak dan susah bernafas karena tulang hidungnya melekat akibat siraman air keras.
Lisa menjalani operasi pertama kali Maret 2006 di Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSU dr Soetomo, dengan tim gabungan terdiri dari 50 dokter dari Surabaya, Jakarta, Bandung dan Malang. Dan operasi terakhir Lisa Februari 2013.
Seluruh biaya operasi face off ini mencapai lebih Rp 1 miliar yang ditanggung Jamkesmas. Saat itu Direktur RSU dr Soetomo, dr Slamet Riyadi MARS menyampaikan jika operasi Lisa ini sepenuhnya ditanggung Pemprov Jatim. Mahalnya operasi pertama kali dilakukan karena biaya benang dan penyambungan pembuluh darah sekitar Rp 600 juta.
Selanjutnya, rumah sakit terbesar di wilayah Indonesia bagian timur ini merekonstruksi jaringan parut di wajah Lisa dengan kulit punggungnya. Dan operasi ini diyakini baru pertama dilakukan di Indonesia.
(ze/bdh)
