Walau kondisinya berbeda, mungkin kata-kata dalam film romansa percintaan yang diangkat dari kisah nyata tenggelamnya kapal pesiar 'Titanic' yang karam dalam pelayaran perdananya tanggal 15 April 1912 itu, dapat menggambarkan pasangan Angga Kurniawan (26) dan Jelly Rialita (18). Pasutri ini kini harus mendekam di balik sel jeruji besi lantaran bekerjasama menghabisi nyawa Ira, seorang sexy dancer di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Pasangan yang menikah di Hari Valentine, 14 Februari 2011 lalu ini diciduk aparat gabungan Subdit Resmob Polda Metro Jaya dan Polsek Sawah Besar pada Sabtu (7/12/2013), di sebuah pondok pesantren di kawasan Jember, Jawa Timur. Keduanya dijerat dengan Pasal 340 KUHP atas perencanaannya membunuh korban serta Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, tanggal 1 Desember 2013, kedua tersangka ini menginap di kost Ira. Namun, saat itu, Ira mengeluarkan kata-kata yang membuat keduanya tersinggung dan sakit hati sehingga akhirnya memutuskan untuk menghabisi nyawa Ira.
"Korban dibunuh saat sedang menonton televisi, tanggal 2 Desember 2013 pukul 10.00 WIB," ujar Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Adex Yudiswan kepada wartawan, Selasa (10/12/2013).
Kedua tersangka juga mengaku sakit hati dengan perkataan korban yang menghina keduanya lantaran numpang tidur dan makan di kost korban. Kedua tersangka, lanjut Adex, sedang mengalami kesulitan ekonomi. Angga yang sebelumnya bekerja di tempat service handphone di emperan Mangga Dua, terpaksa berhenti bekerja karena bosnya gulung tikar.
"Istrinya juga sudah tidak bekerja. Dan anak mereka dititipkan ke orangtua tersangka perempuan," ungkap Adex.
Setelah diusir dari rumah orangtua Jelita, pasutri ini hidup menumpang di tempat teman-temannya. Saat itu, tersangka Angga meminta korban untuk menampung istrinya di kost korban sementara ia mencari pekerjaan. Namun, perkataan korban yang menghinanya, membuat pasangan itu merasa direndahkan harga dirinya.
"Ngapain lo kak, udah pulang aja sana. Lo ngerepotin banget sih, bisanya ngerepotin doang. Udah makan numpang, tidur numpang, kencing numpang, buang air besar juga numpang. Udah lo berdua pergi sana jauh-jauh dari sini, gembel aja belagu," kata korban yang ditirukan tersangka kepada polisi.
Tersangka juga menaruh kekecewaan terhadap korban yang dianggap tidak berterimakasih atas jasa Jelita yang pernah membantu korban memasukkannya bekerja menjadi penari seksi di sebuah klub malam.
"Waktu korban belum punya pekerjaan, dia ini ditampung oleh tersangka Jelita. Tapi giliran mereka susah, korban dianggap tidak tahu terimakasih dan malah mengusirnya," imbuh Adex.
Perkataan korban membuat tersangka Angga sakit hati, sehingga timbul niatan untuk menghabisi nyawa korban. Dengan menyiapkan sebilah pisau yang dibeli di Pasar Baru, pada pukul 07.00 pagi harinya Angga kemudian merencanakan membunuh korban. Korban kemudian dieksekusi saat asik menonton televisi. Dengan membekap wajah korban menggunakan bantal, tersangka Angga menusuk korban berulang kali.
"Tersangka Jelita membantu tersangka Angga memegang tangan korban. Lalu tersangka Angga menusuk korban secara bertubi-tubi ke badan korban," ujar Adex.
Darah Ira mengalir di lantai dan tempat tidur di kamar kost korban. Setelah mengetahui korban tewas, kedua tersangka pun melarikan diri. Sambil mengambil barang-barang milik korban seperti iPhone, BlackBerry, uang Rp 1 juta dan barang berharga lainnya, kedua tersangka ini kemudian bergegas meninggalkan kost korban.
Di perjalanan dari kost korban, tersangka Angga kemudian mengajak istrinya kabur ke Jember, Jawa Timur. Sebuah pondok pesantren, menjadi tujuan sebagai lokasi tempat persembunyian kedua tersangka yang dianggapnya aman.
"Mereka ke Jember naik bus. Ongkosnya menggunakan uang milik korban yang diambil di kost korban," ucapnya.
Setibanya di Pondok Pesantren, tersangka Angga yang merupakan pentolan ponpes tersebut, mengaku mengantarkan istrinya untuk menjalani pengobatan alternatif. Tersangka Angga pun meminta izin pimpinan ponpes untuk menginap di lokasi untuk jangka waktu tertentu.
"Orang pondok pesantren tidak ada yang tahu kalau tersangka ini habis membunuh," imbuhnya.
Sementara itu, polisi yang mendapatkan laporan terjadinya pembunuhan korban, langsung mengidentifikasi pelaku. Dari hasil identifikasi dan olah TKP serta keterangan saksi-saksi, diketahui pelaku pembunuhan adalah Angga dan Jelita. Selanjutnya, polisi melacak keberadaan keduanya.
"Sampai akhirnya kita tahu bahwa kedua tersangka ada di Jember, di sebuah ponpes. Kemudian kita secara silent masuk ke ponpes dan berkoordinasi dengan pimpinan ponpes, sehingga kedua tersangka bisa kita amankan," papar Adex.
(mei/gah)