Pembunuhan Tante Heny, sapaan Dewi, yang dilakukan terapis di Plaza Senayan pada tanggal 30 Oktober 2013 lalu itu nyaris sempurna. Bila saja keluarga tidak melaporkan hilangnya Tante Heny ini, mungkin jasadnya yang ditemukan di Sungai Cinyurup, Gunung Sindur, Bogor itu tidak akan terungkap.
Selain karena keluarga melaporkan kehilangan Tante Heny satu bulan setelah terjadinya pembunuhan itu, atau tepatnya tanggal 4 Desember 2013, berkat kejelian aparat juga, jasad yang dibuang ke sungai itu akhirnya diketahui jejak pembunuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di kost elit itu, Tomy membunuh Heny dengan cara menusuknya berulang kali. Tomy mengaku kesal kepada tante Heny lantaran disuruh bolos dari pekerjaannya, semata-mata untuk menemani tante Heny saat itu.
"Saya kan kerja ada aturannya. Malam itu saya temanin. Tapi dia minta saya libur lagi satu hari besoknya (1 November 2013), saya kan nggak bisa seenaknya di kerjaan," ucap Tomy, Senin (9/12/2013).
Lantaran menolak permintaannya, tante Heny pun marah. Tante Heny juga mengancam akan melaporkan Tomy ke polisi karena melakukan pelecehan, memijatnya di luar tempat kerjanya.
"Padahal kan dia yang suruh saya datang," ucapnya.
Percekcokan antara tante Heny dan brondongnya itu pun terjadi. Tante Heny pun sempat memukul Tomy dengan botol minyak tawon yang digunakan untuk pelumas memijat tante Heny.
"Saya coba tenangkan dia saat itu, tapi tetap nggak bisa tenang," imbuhnya.
Tante Heny malah semakin mengamuk. Tante Heny kemudian memukul wajah Tomy dengan tangan kosongya. Saat itu, Tomy sudah gelap mata. Uapayanya untuk menenangkan wanita asal Manado itu tidak berhasil. Sebilah pisau yang bisa digunakan untuk mengupas buah, diambil Tomy. Tomy yang sudah dikuasai setan pun menusukkan pisau itu berkali-kali ke tubuh wanita lansia itu.
Darah panas keluar dari tubuh tante Heny, memenuhi tempat tidur dan lantai. Dalam kekalutan itu, pria beranak satu itu baru tersadar ketika melihat tante Heny sudah tidak bernyawa lagi. Tubuh Tomy melemas, dan ia pun terduduk lesu.
"Setelah itu, saya mencoba menenangkan diri dan merenungi perbuatan saya," imbuhnya.
Tomy termenung cukup lama. Ia berpikir keras, bagaimana caranya menghilangkan jasad Heny dari kamar itu. Setelah beberapa saat termenung, Tomy kemudian menyeret jasad wanita berkulit putih itu ke dalam kamar mandi.
"Lalu saya bersihkan darah di lantai, saya pel lantai dari bercak darah," tuturnya.
Setelah itu, ia kembali termenung. Ia lalu menelepon Suhanda, temannya yang satu profesi. Kepada Suhanda, Tomy meminta bantuannya untuk mengangkat jasad mayat tante Heny, setelah sebelumnya menceritakan bahwa ia telah membunuh tante Heny.
"Saya sempat menolak permintaannya. Saya bilang, saya punya anak-istri, saya nggak mau kebawa," ujar Suhanda.
Namun, Tomy yang mendesak Suhanda pun, tidak mampu membuat Suhanda menolaknya. Terlebih, Tomy yang dianggapnya telah berjasa padanya, membuat Suhanda akhirnya ikut terlibat dalam pembuhan itu. Suhanda pun ke kost tante Heny, menemui Tomy.
"Saat saya ke situ, mayatnya dalam posisi duduk dengan kaki selonjoran. Saya hanya melihat dari batas paha hingga ke bawah. Paha ke atas saya nggak lihat karena ditutupi handuk," jelas Suhanda.
Tomy dan Suhanda lalu memasukkan mayat Tante Heny ke dalam koper besar milik tante Heny. Setelah itu, Tomy kemudian merental mobil Toyota Avanza untuk mengangkut mayat tante Heny. Ide untuk membuang mayat tante Heny, muncul dari Tomy.
Setelah semuanya sudah siap, Tomy dah Suhanda pun akhirnya mengangkat koper tersebut ke dalam mobil. Mereka berdua kemudian menuju ke Bogor, untuk membuang mayat tante Heny. Di Ciseeng, Bogor, Tomy sempat menghubungi seorang temannya, untuk meminta ditunjukkan tempat membuang mayat.
"Lalu setelah temannya itu mau, ditunjukkan sebuah sungai, ada pohon besar di situ. Saat itu, temannya itu bersama seorang pria, mereka naik ojek," imbuh Suhanda.
Setelah menunjukkan tempat, teman Tomy dan pria yang memboncengnya itu pun bergegas pergi. Sementara Tomy kemudian mengangkat koper itu bersama Suhanda. Koper berisi mayat tante Heny itu pun ditenggelamkan ke sungai dengan menggunakan pemberat karung yang berisi bebatuan.
(mei/fjp)