Bertemu Kawanua di Negeri Kiwi

Laporan dari Selandia Baru

Bertemu Kawanua di Negeri Kiwi

- detikNews
Sabtu, 07 Des 2013 18:16 WIB
bersama beberapa anggota Kawanua (Rita)
Auckland, - Tinggal di negeri orang membuat kita ingin menjalin keakraban dengan saudara-saudara setanah air yang kita temui. Ini juga salah satu alasan dibentuknya Kawanua, komunitas Menado Indonesia di kota Auckland, Selandia Baru.

Kawanua adalah istilah untuk menyebut orang-orang Menado yang tinggal di luar Sulawesi Utara. Baru saja didirikan pada 1 April 2013 lalu, Kawanua Auckland beranggotakan 32 orang. Namun untuk Kawanua seluruh Selandia Baru, jumlah anggotanya mencapai sekitar 100 orang.

Salah satu pendiri Kawanua Auckland, Yance Tumondo telah 26 tahun menetap di negeri Kiwi itu. "Kita ada pertemuan rutin tiap bulan di rumah tiap anggota, yah semacam arisan," kata Yance.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial, misalnya saat bencana gempa bumi di Christchurch beberapa bulan lalu, kami ikut memberikan bantuan untuk masyarakat setempat," tutur pria berumur 55 tahun itu kepada detikcom di Auckland saat berlangsung seminar promosi pariwisata bertajuk 'Indonesia's Sales Mission 2013: Bali and Beyond' pada Rabu, 4 Desember lalu.

Yance pun menceritakan, pada 23 November lalu, digelar event Kawanua Night di Auckland. "Itu pertemuan Kawanua seluruh Selandia Baru. Ada yang dari Wellington, Christchurch dan kota-kota lainnya," tutur Yance. "Di situ kita bisa bertemu dan menjalin keakraban dengan para anggota Kawanua dari kota-kota lain," imbuhnya.

Salah satu anggota Kawanua Auckland, Ine Pingkan Sompie (37) mengungkapkan kegembiraannya bisa bertemu kawan sekampung di negeri orang.

"Senang karena anak-anak juga bisa ngobrol pakai bahasa Indonesia, karena mereka sehari-hari di sekolah dan di lingkungannya berbahasa Inggris," kata wanita cantik yang telah menetap di Selandia Baru sejak tahun 2009.

Apalagi saat pertemuan Kawanua, ujar Ine, makanan khas Menado pasti akan disuguhkan tuan rumah. "Ini membuat kita tak akan pernah melupakan kampung halaman kita," tutur single parent yang memiliki dua putri berumur 16 tahun dan 9 tahun itu.

Ine pun mengaku meski mencintai tanah airnya, namun dia memilih untuk terus tinggal di Selandia Baru. Alasannya, demi pendidikan dan masa depan kedua buah hatinya.

"Aku pilih tinggal di Selandia Baru karena anak-anak dari kecil komunikasinya bahasa Inggris. Di sini, sekolah mereka gratis sampai SMA karena mereka memegang paspor Selandia Baru," kata Ine yang mantan suaminya seorang pria Eropa berkewarganegaraan Selandia Baru.

"Meski gratis sampai SMA saja, tapi kalau sudah mau ke universitas, jika orangtuanya tidak mampu, maka anak bisa pinjam uang ke negara. Nanti kalau sudah bekerja, dari gajinya akan dipotong untuk bayar utang ke negara sewaktu kuliah dulu," jelas Ine yang bekerja di perusahaan kosmetik, Melric International.

Terbentuknya komunitas Kawanua ini disambut positif oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Wellington. "Warga masyarakat Kawanua di Selandia Baru harus bisa memberi kontribusi dan partisipasi ke-Indonesia-an di tempat mereka tinggal," kata PLE Priatna, Kepala Perwakilan/Kuasa Usaha ad interim KBRI Wellington.

"Dari sekitar 3.783 WNI yang menetap di ujung utara, di kota Auckland, Christchurch, Wellington, hingga di ujung pulau selatan di Dunedin dan Invecargil ini, seharusnya bisa menjadi aset ke-Indonesia-an, tidak saja dari aspek budaya tapi juga dari aspek ekonomi," tandas Priatna.


(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads