Ahok awalnya tanpa tedeng aling-aling melontarkan kritik tajam kepada siapa pun, khususnya anak buahnya yang melanggar aturan saat bertugas melayani masyarakat. Suami Veronika Tan ini terkadang bicara sangat keras hingga kerap menuai sentilan sejumlah kalangan.
Pria yang memiliki 3 anak ini mengaku kini mulai mengerem perkataannya dan menyampaikan pendapat serta kebijakannya dengan kalimat yang halus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Ngerem Omongan
|
"Sikap saya memang harus diperbaiki. Saya sudah setengah lebih jinak," ujar Ahok di Seminar Humas yang diselenggarakan KPK di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (5/12/2013).
Ahok menceritakan apabila kata kasar keluar dari mulutnya dan terekam kamera humas, para staf humas akan bertanya apakah video ini dipublikasikan atau tidak.
Menurut dia, jika kata-kata kasar yang dilontarkan akan merugikan keluarga orang yang bersangkutan maka diminta tidak dipublikasikan.
"Ada hal-hal yang harus diproteksi ketika merugikan keluarga. Tetapi kalau hanya merugikan pemimpin Anda keluarkan saja. Tapi kalau dikeluarkan, Ahok itu kurang beradab. Kita nggak usah penjelasan, yang penting pesan Pemprov tersampaikan," kata Ahok.
"Saya sudah ngerem omongan. Yang namanya kampret, bajingan dihilangin. Kejujuran akan timbulkan kepercayaan," imbuhnya.
2. Pemurah dan Pemaaf
|
"Ya kita kan pemurah dan pemaaf. Kita kejar! Saya sudah bilang kalau Anda mau korupsi lagi, saya mau bilang ke PPATK, telusuri uang istri dan anak Anda," demikian jawab Ahok tegas saat ditanya upayanya agar korupsi APBD seperti yang dilakukan Lurah Ceger Nonaktif Fanda Fadly Lubis tak terulang lagi.
Ahok juga sebelumnya mengaku kecolongan karena anggaran-anggaran yang telah dicoretnya muncul lagi setelah masuk ke DPRD. Dia pun ingin meniru sistem e-budgeting yang telah diterapkan di Surabaya.
Wawancara lengkap Ahok dengan wartawan di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (18/10/2013) bisa diklik di sini.
3. Bertutur Kata Halus
|
"Ahok kan sudah diperingatin ngomongnya harus diperhalus sedikit," ungkap Ahok kepada wartawan di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (30/7/2013).
Ahok mengatakan mulai saat ini ia akan mengurangi gaya bicara yang selama ini dinilai keras, frontal bahkan cenderung kasar. Misalnya saja, ia belajar tidak menggunakan bahasa 'pemecatan' karena takut dianggap mengintimidasi dan melanggar HAM.
"Jadi kalau 'pecat' ya 'disekolahkan' kalau 'harga naik' ya istilahnya 'disesuaikan'," ujarnya sambil tersenyum.
Menurut Ahok, masyarakat Indonesia sepertinya belum siap dengan figur yang berbicara apa adanya. Terlebih bahasanya kasar dan keras.
"Bangsa kita lebih suka seperti itu. Jadi saya sudah belajar kosakata yang halus," tuturnya.
Saat ditanya mengenai aksi preman di Tanah Abang, Ahok mengaku tidak mau lagi menggunakan kata 'preman'.
"Eh sudah tidak boleh lagi bilang preman. Nanti ada yang marah. Yang benar itu, freeman. Kalau mau ganti orang, bilangnya rotasi penyegaran. Jadi kita tidak boleh bilang pecat lagi tapi disekolahkan, sekolahkan ke mana? Bisa ke Cipinang kan boleh," ujarnya.
Nah bagaimana dengan kata mucikari?
"Kalau mucikari itu bagaimana ya? Saya bingung. Mungkin agensi ya.. Hehehe," candanya.
Halaman 2 dari 4