Zaenudin mulai menjepret para dokter sejak berkumpul di Tugu Proklamasi. Dalam waktu singkat, dia sudah mencetaknya lalu menjajakan dagangan fotonya di area dekat Mahkamah Agung (MA).
"Ini foto-foto tadi pas kumpul di depan Tugu Proklamasi, ambil foto dari jam 7 terus langsung dicetak di studio," ujar Zaenudin di depan MA, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk hari ini, dia bermodalkan kamera digital kecil lalu mengambil foto-foto dokter yang berorasi depan tugu proklamasi maupun di depan MA. Menurutnya, jenis kamera tak menentukan hasil foto. Pengalaman yang paling utama.
"Biar cuma kamera digital kalau ditantang sama kamera sekarang saya berani. Yang penting itu skillnya bukan kameranya, disuruh foto sambil naik sepeda foto saya nggak bakal blur," tuturnya.
Foto itu dijual mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. Dalam satu momen ini, dia bisa meraup omset hingga ratusan ribu rupiah.
Usia yang renta dan teriknya panas matahari tidak membuat Zaenudin patah semangat. Hasilnya pun cukup diminati para dokter. Beberapa mungkin ada yang sekadar iseng melihat hasil karya Zaenudin, namun ada juga yang membeli hasil karya foto-foto tersebut.
"Iseng aja buat kenang-kenangan, tadi dibilang 15 ribu tapi dikasih juga 10 ribu," ujar dr Shinta Utami sembari tertawa.
(edo/mad)