Mestinya di Anambas ada 180 personel Angkatan Laut yang bertugas, namun hingga kini baru ada 85 anggota. Komandan Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Tarempa, kepulauan Anambas, Letnal Kolonel (P) Agung Jaya Saktika mengatakan, kekurangan personel ini dikarenakan minimnya sarana dan prasarana seperti mes dan perumahan untuk anggota.
“Saya pikir kalau dibilang ideal ya tidak ideal jumlah personel yang ada, tapi secara tugas pokok yang dilakukan TNI AL sudah baik. Kapal asing yang beroperasi di wilayah ini sudah berkurang,” kata Agung kepada detikcom Kamis (21/11) malam pekan lalu di Anambas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara kapal lainnya hanya mengandalkan senjata perorangan yang dipegang anggota. Kapal kapal inilah yang digunakan untuk patroli di laut perbatasan Indonesia bagian barat. Mestinya di Anambas menurut Agung minimal ada dua kapal yang dilengkapi senjata seperti KAL Baruk.
Apalagi, KAL Baruk yang ada saat ini hanya terbuat dari fiber dan bukan dari besi atau alumunium yang menjadi standar alusista kapal daerah perbatasan. “Minimal (KAL Baruk) dua, karena dengan wilayah yang luas untuk bisa mengcover dari Barat Timur Utara dan Barat kan gitu. Kalau sekarang ini kan KAL Baruk harus muter,” kata Agung.
Beruntung Markas Besar Angkatan Laut sering mengirim Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) ke perairan Anambas untuk patroli. “Jadi memang sudah tugas pokoknya kami melaksanakan patroli keamanan laut terbatas, jadi sebatas kemampuan pangkalan, karena pangkalan juga memiliki fungsi, sebagai fungsi pendukung dari operasional kapal–kapal perang itu,” kata Agung.
Di Tarempa ada lima pos Angkatan Laut yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Anambas seperti Pulau Mengkait, Pulau Peruk, Pulau Jemaja dan pulau Mangkai. Masing–masing pos dijaga lima anggota dan dilengkapi senjata jenis AK 47.
Pulau Mangkai merupakan pulau terluar Indonesia dan berbatasan dengan Malaysia, namun sistim radar pengintaiannya masih secara manual yaitu melalu teropong.
“Perlu ada penginderaan, sementara ini bentuknya kan masih manual, pakai keker, pakai teropong. Belum ada radar pengintai, tapi dari Kementerian Pertahanan dan Angkatan Laut sudah ada perencanaan mau pasang radar di Mangkai,” kata Agung.
Sejauh ini menurut Agung, ancaman perbatasan di Anambas selain pelanggaran ekonomi seperti pencurian ikan oleh nelayan asing, juga adanya kemungkinan penyelundupan barang. Sementara ancaman gangguan atau pengambilan wilayah seperti yang terjadi pada pulau Ambalat nyaris tak pernah terjadi.
“Kalau di wilayah Anambas ini sudah jelas, cuma Laut Cina Selatan saja yang masih ada konflik antara Vietnam, Philipina dengan China kan. Nah kami harus menjaga situasi itu dengan aman dengan menghadirkan kapal–kapal kami terus,” kata Agung.
(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini