Tokoh Betawi Minta Jokowi Tak Mutasi Susan Zulkifli

Kontroversi Lurah Susan

Tokoh Betawi Minta Jokowi Tak Mutasi Susan Zulkifli

- detikNews
Kamis, 03 Okt 2013 16:11 WIB
Lurah Susan (Fotografer - Grandyos Zafna)
Jakarta - Sekitar sebulan belakangan unjuk rasa penolakan Lurah Susan Jasmine Zulkifli di Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, masih bergulir. Di mata budayawan Betawi Ridwan Saidi ungkapan sebagian pendemo tersebut tak beralasan.

Toh, Ridwan mengigatkan, selama ini sudah ada ketentuan tentang berbagai program- program pemerintah yang pastinya juga akan menghindari kemungkinan Lurah Susan menyeleweng.

Dia pun meminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) untuk tidak merespons permintaan warga mencopot atau memutasi Lurah Susan karena alasan agama. Menurutnya, penilaian dan penolakan tanpa argumentasi, apalagi kalau hanya dari hal yang bersifat pribadi tak dijadikan alasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Enggak apa-apa tetap tunggu enam bulan, sesuai peraturannya. Sabar saja, baru nanti dievaluasi, tapi yang dievaluasi itu kinerjanya bukan agama-agamanya yang diperiksa,” Ridwan menegaskan kepada detikcom saat dihubungi, kemarin.




Ridwan menambahkan, kalaupun kelak Jokowi memutasi Lurah Susan, harus dibuktikan dengan dasar parameter yang jelas bahwa Lurah Susan memang tak punya kinerja bagus. “Mutasi sih biasa tapi atas dasar kinerja dia selama enam bulan ini, bukan atas dasar agama, suku bangsa dia."

Pendemo yang mengaku keturunan Betawi asli dan bertempat tinggal di Lenteng Agung menyatakan penempatan lurah Susan yang beragama Kristen tidak mengakomodir kepentingan masyarakat setempat.

Tapi keberadaan mereka dipertanyakan. Sebab, menurut Ridwan karakteristik masyarakat di Lenteng Agung pun sudah menyampur dari berbagai suku di Indonesia, seperti wilayah Jawa, Sumatera. Wilayah itu bukan semata-mata didiami Betawi.

“Dulu itu semua kan daerah perkebunan dari Condet, Cililitan sampai ke arah Bojong Gede, Depok. Di sana sudah bercampur dari berbagai daerah, mereka didatangkan untuk jadi buruh kebon. Sekarang pun di sana ya memang sudah campur-campur penduduknya karena banyak kondominium, apartemen,” ujarnya menguraikan.

Pria 71 tahun ini juga mengaku prihatin dengan sejumlah pihak di Lenteng Agung dan para elite yang memperkeruh suasana. Keberadaan Lurah Susan tak pantas ditolak hanya dengan dasar argument beda agama.

“Memang hak orang untuk berpendapat tapi kita juga harus mendidik rakyat agar bisa hidup dalam perbedaan agama, ras, suku bangsa. Harusnya yang elite itu mendidik untuk toleransi, bukan malah mengomelin,” tegas Ridwan.

(brn/brn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads