Saat ini, di Surabaya terdapat 5 lokasi tempat berkumpulnya para pedagang. Dulunya, para pedagang makanan ini merupakan PKL liar yang berjualan di pinggir-pinggir jalan. Namun, para PKL ini akhirnya dikumpulkan dalam satu lokasi oleh Pemkot Surabaya.
Di sentra kuliner ini, selain lokasinya bersih, juga banyak terdapat stan-stan pedagang yang menyajikan beragam menu makanan.
Ini dia 5 sentra PKL yang ada Kota Surabaya dari penelusuran detikcom, Minggu (29/9/2013).
1. Food Court Urip Sumoharjo
|
Sayangnya, banyak pedagang di tempat ini mengeluhkan area tersebut? mengapa?
Food court yang berdiri 5 tahun lalu ini saat siang, terlihat sebagaian stan area mangkrak. Karena dari 29 stan yang ada, hanya 3 stan yang buka tiap siang hari. Keberadaan kanopi yang menjadi atap area food court urip sumoharjo ternyata justru 'mengusir' para pelanggannya yang ingin mampir.
"Disini kalau siang jadi panas banget, atapnya yang dari kanopi ini malah bikin orang ga betah lama-lama makan disini. Sekarang, kalau siang malah sepi sekali. Rata-rata pedagang memang mengeluhkan hal itu," kata salah satu pedagang, Dewi (46) saat berbincang dengan detikcom, Minggu (29/9/2013).
Keluhan ini ternyata tak hanya datang dari Dewi saja, pedagang lain, Heru (48) juga mengakui kondisi kanopi yang malah membuat kondisi food court makin panas.
"Belum lagi, kalau hujan, disini bocor. Kanopinya uda banyak yang lobang. Bahkan kalau hujan, sampai menggenang yang area depan. Anak-anak itu sampai main berenang-berenangan gitu," akunya.
Namun suasana sepi di food court ini tak berlangsung sepanjang hari. Malam hari, kata Dewi, masih ada pengunjung yang datang.
"Disini kami berikan hiburan elektun, jadi kalau malam ada elektun, banyak yang nongkrong disini sampai malam, tapi ya begitu, sekitar 25 orang saja. Pernah dulu sampai 40 orang. Itu uda bagus banget," tandas Dewi.
2. Sentra PKL Taman Prestasi
|
Sebanyak 36 PKL mengais rejeki di tempat ini. Salah satu kuliner yang paling digandrungi di tempat ini adalah pecel blitar bu mamiek. Sayangnya, tak setiap hari pengunjung bisa menjumpainya. Stan milik Bu Mamiek ini hanya buka pada hari Minggu.
Namun, ada yang tak kalah favorit. Ada minuman sari kedelai yang jadi primadona anak kecil hingga orang dewasa disini.
"Ada penjual sari kedelai disini, dulu ya jualan di pinggir-pinggir sini, antrenya sampai mengular," kata salah satu pedagang, Wiwik (59).
Rata-rata, kata Wiwik, makanan yang dijual disini adalah harga menengah kebawah. Artinya tidak terlalu mahal dan terjangkau.
"Harga makanan disini 8 ribuan, pokoknya rata-rata dibawah sepuluh ribu, pas lah untuk menengah kebawah, terjangkau," paparnya.
Para PKL ini juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada pemkot Surabaya yang telah mengakomodir mereka menjadi satu tempat. Meski diakui, lanjut Wiwik, omset para pedagang tidak sebanyak saat mereka berjualan lepas di pinggir jalan dulu.
"Ya walaupun nggak banyak omsetnya kayak dulu, kami berterimakasih sekali sama bu Risma, dikasih tempat yang bagus begini. Nyaman, bersih, enak kok suasananya," kata Wiwik.
Diakui Wiwik, paguyuban PKL yang ada di tempat ini punya ikatan yang sangat kuat. Satu sama lain saling membantu. Jika ada yang belum laku, mereka saling memberikan penglaris untuk kawan-kawan PKL yang belum ramai dagangannya.
3. Sentra PKL Indrapura
|
"Kawasan PKL kita ini strategis banget lho. Dekat dengan DPRD, di depannya ada masjid besar, belum lagi gedung-gedung perkantoran yang ada di sekitar tampat ini, sumber rejeki kami banyak," kata salah seorang pengurus harian sentra PKL Indrapura, Yuli (48).
Baik siang atau malam, kata Yuli, area ini tak sepi pengunjung. Saat Jumat, Sabtu, dan Minggu ratusan pengunjung memenuhi tempat ini. Baik dari remaja atau orang dewasa. Dari luar kota ataupun dalam kota.
"Ada mie ayam tuban yang buat ramai disini, mie ayamnya kan sudah 25 tahun disini, jadi pelanggannya banyak sekali. Tapi kadang rombongan dari luar kota atau para supir truk gitu berhenti disini," kata Yuli.
Meski ukuran stan PKL yang hanya 2x2 m di tempat ini, tiap bulannya, tiap PKL ini diwajibkan membayar biaya 170 ribu rupiah. Dari iuran tersebut, mereka mendapatkan fasilitas kebersihan, yakni cleaning service dan pemungut sampat, juga listrik, dan keamanan.
4. Sentra PKL Dharmawangsa
|
Karena kondisinya yang kotor dan terkesan jorok, maka Pemkot Surabaya memindahkan mereka ke area yang lebih baik. Hal ini berkaitan dengan kondisi kebersihan yang berada di dekat Rumah Sakit.
"Iyah, biar bersih, masa dekat rumah sakit tapi kotor tempatnya, itu dulu alasannya kami dipindah," kata pedagang soto ayam di area ini, Samsul (40).
Samsul mengungkapkan, pernah suatu hari makanan mereka diuji kendungan dan kebersihannya oleh tim dari pemkot. Pengecekan kebersihan ini dilakukan mendetail, bahkan hingga sendok dan garpu yang digunakan sekalipun.
"Datang tiba-tiba waktu itu, tentunya kami kan apa adanya, untungnya semuanya aman-aman saja. Yang tidak aman dihimbau untuk mengganti kandungan bahan makanannya," ungkap Samsul.
Selama sebulan menempati tempat baru ini, Samsul dan rekan-rekannya belum bisa melihat perkembangan penjualan dagangan mereka. Selain itu ia mengeluhkan para PKL liar yang berada di sekitar RSU dr. Soetomo yang begitu banyak jumlahnya.
"Berjualan di luar itu memang hasilnya lebih banyak dibandingkan jadi satu di area PKL begini. Kalau yang liar-liar di sekitar area ini nggak ditertibkan, yah sama saja, kami bisa-bisa kehilangan pasaran," kata Samsul.
5. Sentra PKL Gayungan
|
"Tempat ini paling ramai dari sentra-sentra PKL yang ada di Surabaya. Banyak macam makanannya, juga pengunjungnya nggak pernah sepi. Coba lihat saja, makananya ragamnya banyak sekali," kata ketua pengurus paguyuban PKL gayungan, Muslimin (47).
Dari pagi hingga malam hari, Sentra PKL ini tak pernah kehilangan pengunjung. Bahkan, kata Muslimin, bisa mencapai lebih dari 500 orang perharinya.
"Banyak sekali, keluar-masuk para pengunjung. Kalau malam diberi hiburan elektun juga, jadi tambah menyenangkan," kata Muslimin.
Halaman 3 dari 6