Peristiwa tragis kebakaran yang menimpa toko bangunan dua lantai pada Ahad sore (22/09) lalu itu menyisakan kisah pilu. Selain kobaran api merenggut empat nyawa, satu korban lagi tak berhasil ditemukan, yakni bayi berusia 2 bulan.
Tudingan pun muncul. Warga sekitar menganggap jatuhnya banyak korban jiwa lantaran petugas pemadam datang terlambat. Salah seorang warga RT 002/05 Kelurahan Duren Tiga, Kecamatan Pancoran, Aris Riswanto, 23 tahun, menyebutkan kedatangan tim pemadam kebakaran telat sekitar hampir satu jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Petugas lambat datangnya. Belum cari airnya ke mana. Ini (rumah warga) kalau kita enggak gerak, ikut kebakar,” kata Aris saat ditemui detikcom, Senin (23/9), di sela-sela mencari korban kebakaran yang belum ditemukan.
Saat kejadian, para warga yang sudah panik sempat emosi ketika melihat beberapa mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi. Emosi ini juga disebabkan kobaran api yang mulai merembet ke rumah warga yang berada di sebelah kiri lokasi terbakar.
Kepala Seksi Operasional Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan Mochtar Zakaria mengaku sulit datang tepat waktu karena akses jalan macet dan berbarengan dengan orang pulang kerja.
“Itu ikut mempengaruhi keterlambatan kami yang datang dengan 18 unit mobil,” kata Mochtar saat ditemui detikcom, Selasa lalu.
Selain itu, warga juga dinilai agak telat menginformasikan karena sekitar 20 menit setelah kebakaran baru menghubungi pos pemadam kebakaran terdekat.
Selama ini, Mochtar menekankan, persoalan kemacetan dan struktur jalan raya di Jakarta memang menjadi kendala. Belum lagi, begitu sampai lokasi kerumunan warga yang penasaran ingin melihat kebakaran ikut mengganggu kinerja petugas.
Kepala Regu I Pos Pemadam Kebakarakan Sektor Kramat Jati, Jakarta Timur, Neman, mengakui beratnya memadamkan di berbagai wilayah Jakarta. Peristiwa kebakaran di Manggarai, Pulo Mas, dan Ciracas masih membekas diingatannya.
Ia tak pernah lupa ketika ditimpuk pakai batu dan sandal jepit setelah selesai membantu memadamkan kebakaran di Manggarai. Saat itu, warga yang emosi terlihat kesal karena kedatangan petugas yang terlambat.
Akses jalan yang macet dan lambatnya informasi dari warga menjadi penyebab ngaretnya datang petugas pemadam. “Saya dimaki-maki, ditimpuk, sampai saat tugas juga gak fokus karena warga emosi terus kalau komunikasi sama kita,” ungkap Neman saat ditemui detikcom, Selasa lalu.
Senada dikatakan Kuatno, Kepala Regu II Pos Pemadaman Sektor Kramat Jati. Ia menyatakan menjadi petugas pemadam punya risiko tinggi karena taruhannya nyawa. Salah sedikit ketika melakukan prosedur pemadaman akibatnya fatal bagi diri sendiri ataupun orang lain.
Namun, persoalan ini kadang dilupakan warga yang terkena musibah kebakaran. Niat ingin menolong tapi malah mendapat caci maki hanya karena terlambat 20 menit. "Selang air mobil kita pernah dicopot, dipotong, saking emosinya warga,” katanya kepada detikcom, Selasa lalu.
“Jakarta itu macet. Jalan di kampung kecil-kecil. Nah, kebanyakan warga itu usaha padamin sendiri dulu. Kalau gak bisa dan sudah besar baru deh lapor ke pos pemadam,” lanjut Kuatno.
(brn/brn)