"Pada saat jawab dia biasa saja. Ya seperti nggak membayangkan jadi hakim agung. Dibanding calon lain, dia agak berat," kata anggota komisi III Fraksi Gerindra Desmond, kepada detikcom, Jumat (20/9/2013).
Menurutnya, hal itu merupakan penilaian objektif dari hasil proses uji kepatutan dan kelaikan hakim agung yang digelar oleh komisi III DPR. Bagi Desmond, tak ada yang istimewa dari hakim agung Sudrajat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kita belum ambil keputusan, ini masih proses. Nanti kita putuskan saat pleno," imbuh Desmond.
"Apakah pemberitaan 'lobi toilet' jadi pertimbangan untuk menilai?" tanya wartawan.
"Ya tentu jadi pertimbangan," jawabnya
Hal senada disampaikan oleh anggota Komisi III Fraksi Golkar Nudirman Munir. Nudirman menyoroti keputusan-keputusan hakim Sudrajat saat bertugas di Jakarta, yaitu kasus penanganan perpanjang hak guna bangunan di Mangga Dua.
"Saya tanya kasus Mangga dua, ribuan pedagang yang beli kios batal semua. Putusannya tidak pernah ada yang berpihak pada masyarakat kecil," kata Nudirman.
"Keputusannya selalu untungkan penguasa dan rugikan rakyat," imbuhnya.
Soal insiden 'lobi toilet', menurutnya kebenaran lobi itu perlu ditelusuri lagi. Tapi sorotan kepada hakim Sudrajat atas 'lobi toilet' dinilainya mungkin sebagai sinyal dari putusannya selama ini.
"Hakim yang mengadili rakyat kecil tunggulah Tuhan. Direct to the God," ucap politisi Golkar itu.
Isu 'lobi toilet' bermula saat Calon Hakim Agung Sudrajat Dimyati bertemu dengan Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKB Bachrudin Nasori di toilet, di sela-sela proses uji kepatutan dan kelaikan hakim agung. Diduga ada 'lobi' terkait dengan pemilihan calon hakim agung.
Namun, baik Sudrajat atau politisi PKB itu membantah ada lobi dalam toilet. Pertemuan itu disebutnya tidak sengaja.
(bal/asp)