Cerita Warga Kampung Deret Setelah Tinggal di Rumah Barunya

Cerita Warga Kampung Deret Setelah Tinggal di Rumah Barunya

- detikNews
Minggu, 15 Sep 2013 09:54 WIB
Jakarta - Melalui program bedah kampung yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Jokowi, pemukiman padat dan kumuh di daerah RT 014 RW 01 Tanah Tinggi I, Johar Baru, Jakarta Pusat kini sudah berubah menjadi tempat tinggal warga yang lebih layak, rapi, dan teratur. Warga pun mengaku banyak mendapat keuntungan dari lingkungan tempat tinggalnya yang lebih tertata.

Mulai dari sanitasi yang lebih baik karena tersedianya kamar mandi di setiap rumah, hingga suasana yang lebih asri dan sejuk pun dirasakan oleh para warga. Namun, di balik keuntungan tersebut, ada juga ketidaknyamanan yang dirasakan warga sebagai akibat dari berubahnya tatanan lingkungan tempat tinggal mereka.

Tak jarang, beberapa warga pun mengeluhkan masalah yang dihadapinya pasca mendapat tempat tingal baru . Salah satunya yang dirasakan seorang ibu berusia 52 tahun bernama Maemunah yang sering disapa Mumun. Menurut wanita bertumbuh dempal ini, sejak tempat tinggalnya diubah dari bentuk gubuk menjadi rumah seperti sekarang ini, ia merasa kesulitan jika harus menjemur pakaiannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sebenarnya bisa aja jemur di depan pake jemuran gitu, tapi enggak ada duitnya. Saya mau jemur di pinggir rel ribet nanti kalau hujan harus lari-lari ngangkatin jemuran. Kalau dulu pas masih tinggal di gubuk gitu kan kita bisa jemur di atas (lantai dua),” tutur Mumun kepada detikcom beberapa waktu lalu seperti ditulis Sabtu (14/9/2013).

Keluhan Mumun ini diamini oleh tetangganya yang bernama Simpen (45). Wanita asal Brebes ini mengaku butuh waktu dua hari agar pakaiannya kering. Pasalnya, ia harus menjemur pakaian di dalam rumah karena jika harus menjemur pakaian di pinggir rel, dirasa janda lima anak ini akan menyulitkan. Sedangkan, jemuran pakaian pun ia tak punya.

“Kalau masih basah saya gantung di atas (di kamar mandi), kalau udah agak kering baru saya pindahin di deket tangga. Abis repot kalau harus angkatin cucian pas hujan, terus dikeluarin lagi pas panas,” kata Simpen yang sehari-harinya berdagang gorengan di Atrium Senen ini.
Berbeda dengan Mumun dan Simpen, warga lainnya yang bernama Kholilah yang biasa disapa Mince tak terlalu mempermasalahkan tempat untuk menjemur pakaian. Justru, yang menjadi masalah bagi wanita bertubuh kurus ini datang dari anak-anak muda di lingkungan sekitar. Jalanan yang sekarang lapang, malah dijadikan tempat bermain, misalnya badminton.

Menurut Mince, biasanya mulai sore hari anak-anak mulai ramai di sepanjang jalan di depan kampung deret. Ada yang bermain gitar, badminton, berlari-larian, atau sekadar nongkrong bersama teman-temannya. “Yang umurnya tanggung-tanggung itu kadang suka bandel kalau dibilang jangan berisik,” keluh Mince dengan raut muka kesal.

Terkait masalah keamanan, baik Mumun, Mince, maupun Simpen merasa lingkungan tempat tinggal mereka aman-aman saja, sejak sebelum pemukiman ditata maupun saat ini. Namun, bagi Mumun, selain mengeluh masalah tempat untuk menjemur pakaian, ia juga merasa risau dengan cara apa ia mendapatkan penghasilan.

Sebelum dilakukan penataan, Mumun biasa berjualan rokok dan makanan ringan di rumahnya. Namun, saat ini warga di kampung deret tidak diperbolehkan berdagang di rumah, apalagi di jalanan depan tempat tinggal mereka. Maka dari itu, sekarang Mumun masih bingung ia harus berjualan di mana karena memang dari dulu ia selalu mendapat penghasilan dari berdagang.

“Kita kan orang dagang ya jadi emang bisa dibilang kumuh deh, biasa dagang di depan rumah, disuruh rapih ya susah. Sekarang cari rezeki mah susah, semua-muanya dilarang, jadi serba salah, dilarang terus,” keluh Mumun.

Ia menekankan bahwa tempat tinggal tak harus seperti komplek perumahan, yang terpenting adalah masih adanya peluang untuk mendapatkan penghasilan. “Seneng sih rumah dirapiin kayak gini, tapi kita kan dagang, jadi enggak terlalu seneng yang rapet-rapet gini dan emang enggak bisa rapi,” pungkasnya.

(gah/jor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads