Tanpa PDIP, Politikus dari 4 Parpol Bicara Pencapresan Jokowi

Tanpa PDIP, Politikus dari 4 Parpol Bicara Pencapresan Jokowi

- detikNews
Sabtu, 14 Sep 2013 15:21 WIB
Jakarta - Moncernya nama Jokowi di sejumlah survei capres membuat namanya melambung menjadi salah satu capres terkuat. Diskusi mengenai kemungkinan pria 52 tahun itu memimpin bangsa ini pun seolah tak henti digelar.

"Lebih baik kita bicara soal cawapres, bukan capres. Tidak mungkin ada yang bisa melawan Jokowi. Ini kehendak rakyat," kata analis politik dari LPI Bonnie Hargens, Sabtu (14/9/2013).

Bonnie berbicara di diskusi soal pencapresan di Kafe Cheese Cake, Jl Cikini Raya, Jakarta. Selain Bonie, hadir Waketum Gerindra Edhy Prabowo, Ketua DPP PAN Teguh Juwarno, Wakil Bendahara Umum Golkar Bambang Soesatyo, dan Sekretaris Bapilu Hanura Ahmad Rofiq.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para politisi dari berbagai partai masih mengedepankan capresnya masing-masing. Kemudian mereka merespon popularitas Jokowi yang diproyeksikan maju pada Pilpres 2014.

"Calon cawapres yang paling mungkin dalam Partai itu adalah Jokowi. Kalau Golkar dan PDIP bersatu maka pemerintah dan parlemen akan kuat. Dua-duanya pro demokrasi, tinggal apa PDIP dan Jokowi mau?" kata Bambang Soesatyo yang membuka kemungkinan menduetkan Ical dengan Jokowi di Pilpres 2014.

Gerindra tak mau kalah. Melalui Edhy Prabowo, Gerindra menyatakan kemonceran Jokowi adalah hasil dorongan partainya, bukan PDIP. Meski demikian, Gerindra teguh mendukung pencapresan Prabowo Subianto.

"Dulu Gerindra mendorong Jokowi sebagai Calon Gubernur DKI. PDIP pun tidak berani mendorong waktu itu. Tapi Gerindra meyakinkan PDIP," kata Edhy.

PAN memandang kombinasi capres dan cawapres harus bisa mencontoh kombinasi Jokowi-Ahok di DKI. "Ada karakter yang mengerem dan ada yang mengegas, Ahok," kata Teguh Juwarno.

PAN juga mengomentari soal kemungkinan Hatta berduet dengan Jokowi. "Hatta sama Prabowo saja bisa (apalagi Hatta dengan Jokowi)," ucap Teguh Juwarno.

Hanura yang telah mengusung Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo di 2014 juga mengakui kemonceran Jokowi. "Mungkin esok hari kalau ada lembaga survei tak menyebut Jokowi sebagai nomor satu maka lembaga itu akan ketakutan dianggap tak valid," kata Ahmad Rofiq.

(dnu/trq)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads