Teror terhadap polisi kembali berlanjut. Setelah bom panci yang meledak di Mapolsek Rajapolah, Tasikmalaya pada 20 Juli 2013, rentetan teror kembali menghantui Korps Bhayangkara.
"Pertama dalam bertugas dalam menggunakan seragam ataupun pakaian preman sebaiknya jangan sendirian. Kedua, kita harus memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat untuk membantu dalam menjalankan tugas. Ketiga, selain di luar penjagaan di kantor-kantor juga harus lebih selektif," ujar Timur usai melakukan salat Ied di Lapangan Bhayangkara Polri, Jalan Trunojoyo, Jaksel, Kamis (8/8).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Penembakan Aipda Patah Saktiyono
|
Penembakan terjadi pada Sabtu (27/7) pukul 04.30 WIB. Saat itu, korban tengah mengendarai motor dari rumahnya di Bojong Gede, Depok, hendak menuju ke tempatnya bertugas di Polsek Gambir.
Di tengah perjalanan, korban tiba-tiba ditembak oleh 2 orang pria bermotor. Anggota Polantas itu pun tersungkur setelah sebutir peluru menerjang punggung dan tembus ke dada kirinya.
2. Penembakan Aiptu Dwiyanta
Aiptu Dwiyatna
|
Polisi mensinyalir pelaku menggunakan senjata api kaliber 99 milimeter. Polisi masih mendalami motif penembakan tersebut.
Proyektil peluru tersebut mengenai pelipis sebelah kiri Dwiyatna yang dinaikan pangkatnya secara luar biasa menjadi Ipda. Jenazah Dwiyatna sudah dimakamkan di TPU Pamulang Barat.
3. Penembakan Rumah AKP Andreas
Rumah AKP Andreas
|
Penembakan terjadi ketika AKP Tulam sekitar pukul 06.00 WIB meninggalkan rumahnya untuk bertugas. Akibat penembakan, kaca pintu rumah korban yang memiliki ketebalan 2 mm pecah pada lapisan pertama.
Rumah AKP Tulam terletak di perumahan elite Banjar Wijaya di cluster Yunani Blok B, Cipondoh, Tangerang. Rumah itu terdiri dari dua lantai dan penuh ukiran di bagian dinding pagar temboknya yang berwarna cokelat.
Halaman 2 dari 4